DESA Poigar di Minahasa Selatan, merupakan desa yang pada masa lalu jadi wilayah perbatasan antara Kabupaten Minahasa dan Bolaang Mongondow.
Banyak kisah sehingga disepakati penamaan Poigar pada desa yang saat ini telah dibagi dua.
Dikutip berbagai sumber, Poigar merupakan desa yang berada di tepi pantai, Poigar (yang saat itu hanya disebut perkampungan) pada kurun waktu tahun 1779-1809 merupakan desa langganan jajahan Pelaut Mangindanaw.
Saat itu, sulit sekali warga perkampungan bebas dari gangguan keamanan dan ancaman lain dari para pelaut Mangindanaw.
Oleh karena itu, tua-tua kampung berinisiatif memindahkan lokasi perkampungan ke daerah pedalaman yang bernama Kaluntai, tepi sungai nean.
Sejak perkampungan pindah di Kaluntai, perkembangan penduduk sangat pesat dan dari itu dilakukan perluasan perkampungan hingga menyentuh ke pegunungan Tiniawangko pada tahun 1809-1814. Nah,meski terbebas dari pelaut Mangindanaw, warga Poigar kemudian mendapat persoalan baru, dengan terjadinya kemarau panjang.
Alhasil, lahan perkebunan mengalami kekeringan dan berdampak pada kekurangan stok makanan.
Kejadian itu, membuat lokasi perkampungan kembali berpindah ke daerah tanah datar Wale Ure pada tahun 1814-1860.
Di tanah tersebut, perkampungan pun ditetapkan nama menjadi Pinayaran (Persipatan) dan berada tepat di tepi sungai yang menghubungkan Minahasa dan Bolaang Mongondow.
Beberapa tahun berjalan, warga Pinayaran ditimpa bencana banjir. Perkampungan Pinayaran pun taka man lagi karena berada di tepi sungai.
Editor : Fabyan Ilat