get app
inews
Aa Text
Read Next : Polda Sulut dan Bhayangkari Serahkan Bantuan Sosial dan Gelar Trauma Healing di Tagulandang

Sebaran Gas SO2 Hantui Warga Sulut Pasca Erupsi Gunung Ruang Warga Diimbau Pakai Masker

Rabu, 01 Mei 2024 | 12:15 WIB
header img
Sebaran gas SO2 pasca erupsi Gunung Ruang (Foto: Istimewa)

MANADO, iNewsManado.id - Pasca ledakan Gunung Ruang, Selasa (30/4/2024). Selain mengeluarkan material seperti abu vulkanik dan bebatuan, gunung dengan ketinggian 725 meter di atas pemukaan laut itu juga turut melepaskan Gas SO2 pekat yang sebarannya cukup luas. 

SO2 atau yang bisa disebut juga dengan Sulfur Oksida adalah senyawa yang sangat mudah larut dalam air, memiliki bau tapi tidak memiliki warna. Sebaran gas SO2 sendiri sudah terjadi sejak dua pekan lalu pasca erupsi Gunung api stratovolcano Tipe-A itu.

Erupsi gunung ruang yang pertama terjadi di tanggal 16 April 2024 dan letusan kedua di tanggal 17 April 2024 kemudian tanggal 30 April 2024 merupakan letusan yang ketiga kalinya.

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Sulawesi Utara, Muhammad Candra Buana mengatakan bahwa dari letusan pertama sampai saat ini sebaran SO2 masih ada hanya kondisinya cenderung berkurang dan meningkat kembali saat erupsi pada 30 April kemarin.

"Tanggal 30 selain abu vulkanik ada gas SO2 yang dimuntahkan gunung api ruang. berdasarkan informasi yang dikeluarkan BMKG pusat sebaran SO2 bergerak ke arah barat dengan total sebaran berkisar antara 400 - 1000 molekul/cm2," kata Candra, Rabu (1/5/2024).

Secara real time Candra mengaku belum bisa memberitahukan saat ini sudah sampai mana sebaran gas SO2, namun menurutnya yang bisa dianalisis dari kejadian tanggal 30 April, sebarannya mengarah ke arah barat, hampir seluruh wilayah Sulawesi Utara sudah terkena dampak.

"Perlu kita ketahui bahwa sifat dari SO2 Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna. 

Dampak bagi kesehatan bisa terkena iritasi pada saluran pernapasan, selaput lendir hidung, tenggorokan dan saluran udara di paru-paru. Efek kesehatan ini menjadi lebih buruk pada penderita asma," tutur Candra.

Untuk itu, dia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan.

“Tetap menjaga kesehatan dan kurangi aktivitas di luar ruangan, jika memang di haruskan keluar, untuk tetap menggunakan pelindung berupa kacamata dan masker agar terhindar dari paparan debu,” pungkasnya.

Editor : Subhan Sabu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut