MANADO, iNewsManado.com – Keberadaan Panti Asuhan Kristen (PAK) Siloam di Purwokerto, Jawa Tengah menarik untuk diulas. Keberadaan PAK Siloam Purwokerto ternyata sudah ada sejak tahun 1954 dan di bawah naungan 11 Gereja Kristen Jawa.
Di tempat ini, anak-anak kurang mampu maupun yatim piatu dari berbagai provinsi di Indonesia terkumpul dan disekolahkan dengan dukungan bantuan baik organisasi gereja, perorangan dan instansi lainnya.
Heppy Corneles, orang tua asuh PAK Siloam Purwokerto bersama keluarga. Foto/Istimewa
Heppy Corneles, orang tua asuh di PAK Siloam diwawancarai iNewsManado.com mengatakan, PAK Siloam didirikan 12 Oktober 1954 dan ada pengukuhan menteri sosial RI pada 23 Oktober 1987.
“Saya sebagai orang tua asuh panti dipercayakan penanggung jawab untuk mengurus, menjaga anak-anak yang ada di sini,” ujar Heppy, Selasa (23/4/2024).
Dia menjelaskan, anak-anak yang ditampung di tempat ini rata-rata karena ekonomi tidak mampu.
“Saat ini kami menampung 27 anak. Berasal dari Papua, Nias, Jawa Tengah. Kami menampung anak usia SD, SMP dan SMA. Segala keperluan sekolah maupun kebutuhan sehari-hari, itu jadi tanggungan pengelola panti,” jelasnya.
Heppy mengungkapkan, di PAK Siloam telah ada aturan bagi para anak yang tinggal.
“Anak-anak pada jam 21.30 WIB harus menyerahkan handphone mereka ke saya. Nanti paginya baru bisa diambil. Pulang sekolah handphone kembali kami sita dan bisa dikembalikan lagi pada pukul 19:30 WIB. Sampai 21:30 WIB, handphone kembali kami sita. Begitupun, ketika hari libur, anak-anak wajib berada di panti untuk bersih-bersih panti,” jelas Heppy.
Terkait biaya kebutuhan anak-anak panti, Heppy menambahkan, ada sejumlah donator yang membantu.
“Ada juga dari organisasi gereja. Kemudian perorangan, rumah sakit, juga ada donatur dari Jakarta, Semarang, Cilacap, Purwokerto, Jatim dan Bandung. Bahkan presenter Andy Noya sering membantu panti ini,” tuturnya.
Menurut dia, ketika anak-anak telah lulus SMA, mereka akan dikembalikan ke tempat asal ke keluarga masing-masing.
“Jadi di PAK Siloam ini bukan saja menerima anak yatim piatu. Kami di sini menampung anak-anak dari seluruh Indonesia yang kurang mampu yang berkeinginan melanjutkan pendidikan,” ungkap Heppy yang berasal dari Sulawesi Utara.
“Jadi kalau ada anak yang sakit, atau ada insiden di luar panti, kami yang urus ke rumah sakit. Tetapi pihak keluarga dilaporkan. Tetapi semua biaya perawatan adalah kewenangan panti,” tambah dia.
Dia pun mengatakan menjadi penanggung jawab PAK Siloam Purwokerto tidaklah mudah.
“Paling utama adalah beban moral. Karena harus mendidik anak-anak dari berbagai daerah,” jelas dia.
Editor : Fabyan Ilat