IDLIB, iNewsManado.com — Bom bunuh diri di Suriah yang terjadi pada Kamis (4/4/2024) waktu setempat menewaskan salah satu pendiri kelompok utama yang terkait dengan al-Qaeda di negara itu yakni Abu Maria al-Qahtani dikutip APnews, Jumat (5/4/2024).
Beberapa aktivis membantah sumber ledakan, dan mengatakan bahwa bom yang diledakkan dari jarak jauh menewaskan Abu Maria al-Qahtani, yang bernama asli Maysara al-Jubouri. Al-Qahtani ikut mendirikan Front Nusra di Suriah, sebuah kelompok militan yang kemudian berganti nama menjadi Hayat Tahrir al-Sham dan mengklaim bahwa mereka telah memutuskan hubungan dengan al-Qaeda.
Menurut Observatorium Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, sebuah pemantau perang dengan jaringan aktivis di lapangan, pelaku bom memasuki wisma al-Qahtani di kota Sarmada di provinsi Idlib pada larut malam dan meledakkan bahan peledaknya.
Hayat Tahrir al-Sham menguasai provinsi barat laut Idlib sementara kelompok oposisi yang didukung Turki menguasai provinsi utara Aleppo. Sebagian besar dari 4,5 juta orang yang tinggal di provinsi Idlib dan Aleppo bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, dan hampir separuhnya tinggal di kamp pengungsian.
Pembunuhan al-Qahtani terjadi di tengah protes terhadap kelompoknya dan pemimpinnya, Abu Mohammed al-Golani, atas kerasnya pemerintahan militan di wilayah tersebut dan memburuknya kondisi ekonomi.
Dia dibebaskan dari penjara pada bulan Maret 2024 setelah ditahan oleh anak buahnya sendiri pada bulan Agustus 2023 karena penyalahgunaan media sosial.
Menurut Observatorium, dia dituduh berkomunikasi dengan kelompok yang bermusuhan. Sejak itu, dia telah diberhentikan dari tugasnya sebagai pejabat senior kelompok tersebut.
Observatorium mengatakan tak lama setelah ledakan, al-Qahtani dilarikan ke Rumah Sakit Bab al-Hawa di Idlib namun meninggal karena luka-lukanya. Menurut pengawas perang, dua tamu di rumah al-Qahtani juga terluka.
Namun, seorang pejabat medis mengatakan kepada The Associated Press bahwa pengawal al-Qahtani dan delapan tamu lainnya terluka, semuanya berjumlah sembilan orang. Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Al-Qahtani, seorang warga negara Irak, telah lama menjadi anggota al-Qaeda yang berperang melawan pasukan AS di Irak setelah invasi pimpinan AS tahun 2003 yang menggulingkan diktator Saddam Hussein. Pada tahun 2011, ia adalah salah satu dari beberapa tokoh al-Qaeda yang pindah ke Suriah, beberapa bulan setelah konflik mematikan yang sedang berlangsung di negara tersebut dimulai.
Editor : Fabyan Ilat