Studi genetik yang dilakukan dalam skala besar ini dipimpin oleh Oxford Population Health, bekerja sama dengan Peking University dan Chinese Academy of Medical Sciences, Beijing. Studi dilakukan dengan mengamati sampel DNA dari lebih 150 ribu orang dewasa sebagian besar wanita di Tiongkok.
Peneliti menemukan bahwa alkohol yang masuk ke dalam tubuh terurai menjadi asetaldehida yang mana zat tersebut merusak DNA tubuh. Ketika DNA sudah rusak, sel dapat mulai tumbuh di luar kendali dan ini meningkatkan risiko terbentuknya sel kanker.
"Pria yang rutin mengonsumsi alkohol memiliki risiko kanker kepala dan leher, serta kanker kerongkongan yang jauh lebih tinggi," ujar studi tersebut.
Beda dengan peminum 'social' atau sesekali, data menunjukkan bahwa kerusakan DNA tidak teramat berarti. Artinya, risiko kanker tidak sebesar mereka yang minum dalam intensitas tinggi.
"Hanya 2 persen wanita yang minum alkohol secara teratur yang tidak memperlihatkan kerusakan DNA," kata studi itu.
Editor : Norman Octavianus