"Alhamdulillah nanti sekarang baru bisa terpanggil. Syukur Alhamdulillah, bersyukur banyak kepada Allah, saya ingin bertemu Allah memohon ampun dosa-dosa saya, banyak sekali dosa saya, itulah saya ingin bertemu dengan Allah memohon ampun atas dosa saya," tuturnya.
Nasib kakaknya juga tak jauh berbeda, sejak sang suami meninggal pada 1993, Suhriah Mato (73) harus sendirian membesarkan Empat anaknya sambil berjualan kue.
Bedanya, dia tidak berjualan kue keliling melainkan menitipkan kue buatannya di warung-warung yang ada di Kampung Arab, Kelurahan Istiqlal.
Hasil dari jualan kue digunakan untuk menyekolahkan anak-anaknya dan sisanya dia tabung. Setelah semua anak-anaknya selesai sekolah, uang tabungannya kemudian dia gunakan untuk mendaftar haji pada 2013 lalu.
"Keuntungan perhari sekitar Rp50 ribu, tiap minggu saya kumpulkan kemudian setor ke bank," ujarnya.
Dia mengaku senang niatnya untuk menunaikan haji bisa kesampaian. Meski dengan kondisinya yang menggunakan tongkat, dia yakin bisa menjalankan ibadah haji.
"Yakin, saya yakin pasti bisa," pungkasnya.
Editor : Subhan Sabu