MANADO, iNewsManado.com - Renungan Minggu 5 Maret 2023 akan membahas ayat Alkitab dalam Kitab Yesaya 50:4-11. Dalam kitab tersebut, oleh lembaga Alkitab memberi judul: Ketaatan Hamba Tuhan.
Renungan Minggu kali ini, seperti dikutip dodokugmim, kita dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya. Tiap orang percaya, tanpa kecuali adalah hamba Tuhan. Sebagai hamba Tuhan bukanlah orang yang bersibuk dengan perasaan atau kepentingan
sendiri, melainkan memperhatikan kepentingan semua orang. Hamba Tuhan memiliki karakter melayani dan menjadi pemimpin-pelayan (servant-leader). Menjadi hamba Tuhan tidaaklah mudah, tetapi lebih tidak mudah menjadi orang yang berjiwa hamba Tuhan. Hamba Tuhan yang memerintah ada banyak, tetapi hamba Tuhan yang memiliki kerendahan hati, taat, menjadi murid, suka mendengar, melayani dengan ikhlas dan rela menderita hanya ada sedikit.
Yesaya merupakan nabi yang taat kepada Tuhan. Arti nama Yesaya adalah Tuhan yang menyelamatkan. Nabi Yesaya tinggal di Yerusalem ibu kota kerajaan selatan (Yehuda) dan bernubuat selama pemerintahan Raja Uzia, Ahaz, Yotam dan Hizkia, sekitar tahun 740-701 SM. Nabi Yesaya bin Amos selain sebagai penyambung lidah Allah, ia juga sebagai penulis riwayat Raja Uzia. Nabi Yesaya berani menegor dan menghimbau para Raja Yehuda. Ia terlibat dalam masalah sosial-politik dan ia mudah menghubungi raja. Ia berpengaruh besar terhadap Raja Hizkia pada masa krisis perang Syiro-Efraim menghadap serangan Asyur.
Sebagai hamba yang setia dan taat kepada Tuhan, Yesaya memiliki karakter yakni pertama, menjadi murid yang selalu belajar akan hikmat hidup. Firman Tuhan bertujuan untuk memberikan motivasi dan spirit bagi umat yang letih lesu dalam pergumulan. Yesaya mengetahui bahwa Tuhan Allah mengaruniakan lidah seorang murid agar dapat menyampaikan firman Tuhan kepada umat-Nya. Pada umumnya murid adalah orang yang mau berlajar untuk menambah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan menjadi murid yakni untuk mencerdaskan dan meningkatkan kualitas hidupnya, bagaikan padi makin hari makin merunduk begitu juga kita makin hari makin berilmu dan rendah hati. Dalam pembacaan ini, menjadi murid tidak hanya belajar melainkan menjadi pengikut yang mengabdikan totalitas hidup kepada Tuhan Sang Guru.
Kedua, Yesaya lebih banyak mendengar melalui mempertajam pendengaran. Peka mendengar dan merasakan panggilan Tuhan. Kecenderungan orang ingin didengar apa yang ia sampaikan. Akan tetapi di sini, menjadi murid harus mau mendengar dan senantiasa mempertajam pendengarannya. Dengan menjadi pendengar yang baik maka ia akan menjalankan panggilan sebagai hambah Tuhan yang melayani banyak orang dengan taat, adil dan setara. Pendengar yang baik tidak memihak blok A dan blok B. Ia berdiri ditengah sebagai penggerak dan pelopor perdamaian. Kita juga diajak untuk menjadi pendengar yang baik. Karena itu, ini menjadi bagian dari penggembalaan.
Ketiga, rela menderita dengan menanggung beban berat di mana ada orang yang memukul, menodai dan meludahi. Jika ditarik benang merah ke Perjanjian.
Baru menunjuk pada diri Yesus Kristus yang menderita, memikul salib, dipukuli, dihina, diludahi bahkan mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa umat manusia. Memberi diri adalah menyediakan diri dengan setulus-tulusnya untuk menolong orang lain. Menderita berarti bersedia mengalahkan kepentingan sendiri demi kepentingan orang lain. Di minggu sengsara kedua ini, kita diingatkan untuk menghayati bagaimana Tuhan Yesus sebagai seorang hamba yang menjadi sama dengan manusia, Ia relah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Jadi memberi diri rela menderita berarti hidup untuk orang lain (rela berkorban) tanpa mengharapkan imbalan. Dalam pelayanan sebagai hamba Tuhan memberi diri mulai dari memberi waktu, tenaga, uang, dan bakat menjadi kekuatan kita dalam panggilan untuk melayani. Ini karena ada kekuatan dalam diri kita untuk mau melayani dan bisa memberi diri yang terbaik untuk kemuliaan-Nya.
Editor : Fabyan Ilat