Mereka adalah para transmigran yang akan ditempatkan di Desa Mopuya Selatan, Kecamatan Dumoga Utara.
BACA JUGA: Mees Hilgers jadi Pemain Timnas berdarah Manado ke 4 jika Dinaturalisasi, Ini Ulasan Lengkapnya
Pada tanggal 18 Sepertember 1972, gelombang pertama yang berjumlah 100 KK tiba di desa Mopuya, didalammnya terdapat 34 KK umat Kristen yang berasal dari Gereja Kristen Jawi Wetan Jemaat Tolongrejo, desa Tolongrejo kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Dulu Mopuya Selatan masih hutan rimba, namun pemerintah telah menyiapkan rumah sederhana.
Dalam kehidupan setiap hari untuk bertahan hidup, warga transmigran ini menanam jagung dan kedelai. Selain orang Jawa, di Mopuya juga terdapat orang Bali. Warga Bali ini mulai banyak ke luar dari daerahnya setelah meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963.
Awalnya tempat ibadah di Mopuya Selatan adalah satu bangunan yaitu gudang logistik dan digunakan sebagai tempat masyarakat untuk beribadah. Baik itu dari Kristen, Hindu, dan Islam. Pada hari jumat dipakai umat Muslim untuk sholat, dan hari minggu dijadikan tempat ibadah bagi umat Kristen untuk beribadah, begitupun dipakai oleh orang Hindu sebagai tempat ibadah dalam perayaan hari raya besar seperti hari raya Nyepi. Jadi satu bangunan digunakan sebagai tempat ibadah dari tiga agama. Pada tahun 1973, mulailah membangun tempat ibadah.
Editor : Fabyan Ilat