get app
inews
Aa Read Next : Peringati Hari Pahlawan, 15 Bandara Angkasa Pura 1 Gelar Aksi Donor Darah Serentak

Kisah Arie Lasut Pahlawan Sulawesi Utara asal Kapataran, Ahli Geologi

Rabu, 10 November 2021 | 09:14 WIB
header img
Arie Lasut. (Istimewa)

HARI Pahlawan 10 November merupakan momen mengenang tokoh-tokoh pahlawan yang berjuang dimasa penjajahan. Tak terkecuali pahlawan Sulawesi Utara. Salah satunya Arie Frederik Lasut.

Pahlawan Sulawesi Utara ini lahir pada 6 Juli 1918 dan meninggal dunia pada 7 Mei 1949. Dia  merupakan ahli pertambangan dan geologis di Indonesia. Dikutip dari Wikipedia, dia terlibat dalam perang kemerdekaan Indonesia dan pengembangan sumber daya pertambangan dan geologis pada saat-saat permulaan negara Republik Indonesia.

Lasut dilahirkan di Desa Kapataran, yang sekarang berada di kabupaten Minahasa, provinsi Sulawesi Utara. Dia adalah putera tertua dari delapan anak dari Darius Lasut dan Ingkan Supit.

Adiknya yang bernama Willy Lasut sempat menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara.

Lasut mulai sekolah di Hollands Inlandsche School (HIS) di Tondano. Ia kemudian mendapat kesempatan untuk sekolah guru di Hollands Inlandsche Kweekschool (HIK) di Ambon karena keberhasilannya menjadi juara dalam kelasnya.

Pada tahun 1933 Lasut lulus dari HIK Ambon dan termasuk salah satu siswa yang terpilih untuk melanjutkan sekolah ke HIK Bandung. Namun hanya setahun di Bandung, Lasut berkeputusan untuk tidak menjadi guru dan pindah ke Jakarta untuk mengikuti pelajaran di Algeme(e)ne Middelbare School (AMS).

Pada tahun 1937 Lasut lulus dari AMS dan memulai sekolah kedokteran di Geneeskundige Hooge School yang sekarang adalah Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Lasut terpaksa harus berhenti dari sekolah ini karena kesulitan dana.

Pada tahun 1938 Lasut mulai bekerja di Departement van Ekonomische Zaken (Departemen Urusan Ekonomi).

Setahun kemudian Lasut masuk Techniche Hoogeschool te Bandung (Sekolah Teknik Bandung) yang sekarang adalah Institut Teknologi Bandung. Tetapi studinya harus dihentikan lagi karena kesulitan dana.

Ia kemudian mendaftar dan berhasil mendapat beasiswa dari Dienst van den Mijnbouw (Jawatan Pertambangan) untuk menjadi asisten geolog. Saat itu adalah saat bermulanya Perang Dunia II dan serangan-serangan pasukan Jepang yang akhirnya menuju ke Indonesia pada tahun 1942.

Sewaktu di sekolah teknik di Bandung Lasut pernah mendapat latihan untuk menjadi Corps Reserve Officer untuk membantu Belanda melawan Jepang. Lasut turut serta dalam perang melawan Jepang di Ciater di Jawa Barat.

Semasa pendudukan Jepang di Indonesia Lasut bekerja di Chorisitsu Chosayo (Jawatan Geologis) di Bandung. Ia bersama dengan R. Sunu Sumosusastro termasuk beberapa orang Indonesia yang diberi posisi dalam jawatan tersebut oleh Jepang.

Pada bulan September 1945, Presiden menginstruksikan untuk mengambilalih instansi-instansi pemerintahan dari Jepang. Lasut ikutserta dalam pengambilalihan jawatan geologis dari Jepang yang berhasil dilakukan secara damai.

Jawatan itu kemudian dinamakan Jawatan Pertambangan dan Geologi. Kantor jawatan terpaksa harus dipindah beberapa kali untuk menghindari agresi Belanda setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kantor jawatan sempat pindah ke Tasikmalaya, Magelang, dan Yogyakarta dari tempat semulanya di Bandung.

Sekolah pelatihan geologis juga dibuka selama kepemimpinan Lasut sebagai kepala jawatan saat itu.

Selain usahanya di jawatan, Lasut turut aktif dalam organisasi Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) yang bertujuan untuk membela kemerdekaan Indonesia.

Dia juga adalah anggota Komite Nasional Indonesia Pusat, awal mula dewan perwakilan di Indonesia.

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut