get app
inews
Aa Text
Read Next : Cerita Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Kalah di Final BWF World Tour: Ada Apa Minions?

Terhadang Regenerasi, Siapa Penerus 5 Pebulutangkis Putri Manado yang Fenomenal Ini

Selasa, 19 Oktober 2021 | 09:10 WIB
header img
Greysia Polii satu-satunya andalan Indonesia yang berdarah Manado. (Istimewa)

MANADO, iNEws.id  - Pebulutangkis Putri Manado sudah malang-melintang di kancah olahraga nasional. Tahun ke tahun, ada saja pebulutangkis putri yang mencuat dan mencetak prestasi. Kini, persoalan baru terjadi karena regenerasi pebulutangkis putri seakan mandeg. Kedepan, Sulawesi Utara harus menunggu waktu yang panjang untuk bisa melihat pebulutangkis putri Manado kembali mencuri perhatian. Pun, keberadaan pebulutangkis putri di masa lalu, jadi patokan betapa potensialnya pebulutangkis putri. Berikut daftar pebulutangkis putri Manado yang berkibar di masanya.


1. Rosiana Tendean. (Istimewa)

Perempuan Kelahiran Makassar, 25 Agustus 1964 memiliki darah Manado yang kuat dari kedua orangtuanya. Dia pebulutangkis putri Indonesia era 1980-1990an. Dia merupakan pemain spesialis ganda. Rosiana Tendean behasil menjuarai banyak kejuaraan internasional, baik dalam nomor ganda putri maupun ganda campuran. Pemain-pemain yang pernah berpasangan dengannya adalah Ivanna Lie, Imelda Wiguna, Erma Sulistianingsih, Eliza Nathanael, dan Rudy Gunawan. Dia merupakan salah satu legenda bulu tangkis Indonesia.

Pencapaian Tendean diantaranya;

Ganda Putri:

-Medali Perunggu Asian Games 1986 (Rosiana Tendean/Imelda Wiguna)

-Medali Emas SEA Games 1985 (Rosiana/Imelda)

-Medali Emas SEA Games 1987 (Rosiana Tendean/Verawaty Fajrin)

-Medali Emas SEA Games 1989 (Rosiana Tendean/ Erma Sulistianingsih)

-Medali Emas SEA Games 1991 (Rosiana/Erma)

-Juara Indonesia Terbuka 1987 (Rosiana/ Ivana Lie)

-Juara Indonesia Terbuka 1989 (Rosiana/Erma)

-Juara Indonesia Terbuka 1992 (Rosiana/Erma)

-Juara Jerman Terbuka 1989 (Rosiana/Erma)

-Juara Grand Prix Dunia 1989 (Rosiana/Erma)

-Juara Grand Prix Dunia 1990 (Rosiana/Erma)

-Juara Piala Uber 1994 (Tim Indonesia)

BACA JUGA: Polda Sulut Tetapkan DPO Kasus Pembunuhan di Lokasi PT. BDL Bolmong

Ganda Campuran

Juara Piala Dunia 1990 (Gunawan/ Rosiana Tendean)

Juara Piala Dunia 1991 (Gunawan/ Rosiana)

Juara Piala Dunia 1992 (Gunawan/ Rosiana)

Juara SEA Games 1991 (Ricky Subagja/Rosiana)

Juara Indonesia Terbuka 1990 (Gunawan/Rosiana)

Juara Indonesia Terbuka 1993 (Gunawan/Rosiana)

Juara Hongkong Terbuka 1993 (Gunawan/Rosiana)

Juara Polandia Terbuka 1993 (Gunawan/Rosiana)

Medali Perunggu Asian Games 1990 (Gunawan/Rosiana)


2. Lili Tampi (Istimewa)

Pebulutangkis putri Manado ini lahir 19 Mei 1970. Lili Tampi pebulutangkis spesialis ganda putri. Sederet prestasi ditorehkannya di bawah ini:

-Juara  World Badminton GP Finals 1993,  Piala Dunia 1994, 1995, SEA Games 1993, 1995.

-Indonesia Open 1993, 1994; Jerman Open 1993; Belanda Open 1993; Taiwan Open 1994

-Juara Kejuaraan Asia 1996 (dg Trikus Harjanto), PON 1993 (dg Bambang Suprianto)

Juara Piala Uber 1994, 1996; SEA Games 1991, 1993, 1995


3. Deyana Lomban (Istimewa)

Tenar dengan panggilan Keke, Deyana bekas Tim ganda putri Indonesia era 1996-2000-an yang terkenal dengan "jump smash-nya." Keke pernah melejit bersama Eliza Nathanael dan Vita Marissa di akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Prestasi pebulutangkis putri Manado ini diantaranya:

1 Empat gelar ganda putri IBF World Grand Prix (kini BWF World Tour), yakni German Open 1996, Thailand Open 1996, Indonesia Open 1998, dan Indonesia Open 2001

2 Satu gelar Piala Uber 1996

3 Satu medali emas SEA Games Jakarta 1997

4 Dua medali emas SEA Games Kuala Lumpur 2001

BACA JUGA: Sulawesi Utara Masuk 16 Provinsi Nol Kematian Pasien Covid-19

Dia memutuskan mundur dari Pelatnas pada 10 September 2002, tepatnya saat menginjak usia 26 tahun. Usia tersebut merupakan usia keemasan bagi seorang atlet bulutangkis. Mundurnya Keke dari Pelatnas merupakan buntut hasil buruknya di Indonesia Open 2002. Keke merasa diremehkan dan menerima perlakuan yang kurang baik dari para pengurus PBSI. Menurutnya, mereka dianggap gagal menyikapi kegagalannya dengan baik. Hal tersebut juga membuat Keke keluar dari skuat bulutangkis Indonesia untuk Asian Games Busan 2002.


4. Liliyana Natsir (Istimewa)

Akrab disapa Butet, pebulutangkis putri Manado ini lahir 9 September 1985. Dia spesialis bermain di ganda putri dan ganda campuran Indonesia. Pengalamannya antara lain berlaga dalam perebutan Piala Uber (2004, 2008 dan 2010), Piala Sudirman (2003, 2005, 2007, 2009, 2011, 2013 dan 2015), merebut medali perak Olimpiade Beijing 2008 nomor ganda campuran bersama Nova Widianto, serta merebut merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 nomor ganda campuran bersama Tontowi Ahmad.

Sederet prestasi membanggakan diraih Liliyana. Berikut torehannya:

1 Medali emas SEA Games 2011

2 All England (2012, 2013 dan 2014)

3 Kejuaraan Dunia (2013 dan 2017)

4 Olimpiade Rio De Janeiro 2016

5 Kejuaraan Dunia (2005 dan 2007).

Liliyana juga pernah berpasangan dengan Vita Marissa di ganda putri dan meraih gelar China Open Super Series Premier 2007 dan Indonesia Open Super Series Premier 2008.

Liliyana sudah tiga kali berpartisipasi di ajang bulu tangkis Olimpiade selama kariernya, dimana dia memperoleh 1 medali emas di Olimpiade Rio 2016, terhenti di semifinals Olimpiade London 2012 dan kalah oleh pasangan ganda campuran Korea Selatan Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung di final Olimpiade Beijing 2008. Di ganda putri Liliyana berpasangan dengan Vita Marissa di Olimpiade Beijing 2008 dan terhenti di babak pertama.


5. Greysia Polii (Istimewa)

Sering dipanggil dengan nama Greys lahir 11 Agustus 1987 dan merupakan salah satu atlet bulu tangkis ganda Indonesia pada nomor ganda putri. Dia mulai bergabung di tim Piala Uber Indonesia sejak tahun 2004 dan juga tahun 2008.

Greysia dan Apriyani Rahayu saat ini merupakan juara bertahan Olimpiade setelah mereka memenangkan nomor ganda putri pada Olimpiade Musim Panas 2020. Ia dan Apriyani menjadi atlet putri asal Indonesia ketiga dan keempat yang memenangkan medali emas dalam ajang Olimpiade setelah Susi Susanti pada 1992 dan Lilyana Natsir pada 2016. Greysia juga menjadi peraih medali emas bulu tangkis putri tertua pada ajang Olimpiade, dengan usia 33 tahun dan 356 hari.

Greysia meniti karir dari usia 14 tahun dan berhasil meraih sejumlah hasil yang menjanjikan di usia tersebut. Diantaranta;

1 Medali perunggu Tim Nasional di Kejuaraan Bulu Tangkis Junior Asia dan beregu campuran Kejuaraan Dunia Junior (2004)

2  Medali perak pada nomor ganda campuran (2004)

3 Juara SGC Thailand Open GP Gold (2014)

4 Medali emas Asian Games 2014

BACA JUGA: Final Thomas Cup 2020: Indonesia Juara Setelah 19 Tahun

Greysia jadi satu-satunya pebulutangkis Manado yang menjadi tumpuan Indonesia diberbagai turnamen. Pun, keinginan gantung raket sudah disampaikan Greysia. Pasca Thomas-Uber Cup 2020, jika Greysia pensiun, publik Sulawesi Utara harus menanti generasi penerus di 5-10 tahun mendatang.

 

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut