JAKARTA, iNews.id - Rokok Sampoerna jadi salah satu rokok favorit di Indonesia.
Kualitas Rokok Sampoerns seakan tiada tanding dari masa ke masa.
Namun, di balik itu semua ada kisah menarik yang terjadi sebelum tercipta Rokok Sampoerna.
Rokok Sampoerna diproduksi oleh PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk atau Sampoerna yang merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar di Tanah Air. Pendiri perusahaan ini adalah Liem Seeng Tee.
Berkat kerja kerasnya PT HM Sampoerna sukses hingga saat ini. Meski mayoritas sahamnya kini dipegang Philip Morris International sebesar 92,5 persen, namun kesuksesan PT HM Sampoerna Tbk tak bisa lepas dari sejarah pendirinya, Liem Seeng Tee.
Liem Seeng Tee yang saat itu berusia 5 tahun bersama ayah dan kakak perempuannya hijrah ke Indonesia dari Desa Anxi, Fujian, China dengan menumpang kapal dagang. Sementara ibunya telah meninggal dunia.
Dalam perjalanannya ketika tiba di Singapura, sang kakak diadopsi. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Namun ayahnya sakit keras dan enam bulan kemudian meninggal dunia.
Liem yang sempat dititipkan kepada keluarga sederhana di Bojonegoro melanjutkan hidupnya sebagai anak yatim piatu. Liem hidup bersama keluarga barunya yang penuh dengan keterbatasan. Namun dia banyak mempelajari ilmu-ilmu dasar berdagang hingga bisa hidup mandiri.
Saat berusia 11 tahun, Liem memutuskan untuk pergi dari keluarga angkatnya. Liem yang telah menjadi belajar menghidupi dirinya sendiri dengan cara berjualan di gerbong kereta jurusan Jakarta-Surabaya.
Dari hasil jualan, dia mengumpulkan uang untuk membeli sebuah sepeda. Kemudian pada 1912, Liem menikah dengan Siem Tjiang Nio. Demi mencukupi kebutuhan hidup, mereka menyewa sebuah warung kecil di Jalan Tjantian di kawasan kota tua, Surabaya.
Warung tersebut menyediakan aneka kebutuhan pokok. Selain itu, Liem juga menjual produk tembakau secara berkeliling menggunakan sepeda miliknya di Surabaya.
Hasil tabungannya dan sang istri dialokasikan untuk membeli sebuah gedung bekas yayasan panti asuhan. Gedung seluas 1,5 hektare (ha) tersebut digunakan sebagai tempat dan fasilitas untuk memproduksi rokok Sampoerna.
Kawasan tersebut akhirnya dikenal dengan nama Pabrik Taman Sampoerna dan terus beroperasi hingga saat ini. Pada 1959, anak Liem dan Siem, yaitu Aga Sampoerna melanjutkan bisnis tersebut.
Sejak itu, perusahaan fokus memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan meluncurkan sejumlah produk yang dikenal dengan Sampoerna Kretek. Kemudian pada 1989, Putera Sampoerna yang terhitung sebagai generasi ketiga dari pendiri Sampoerna mengambil alih kepemimpinan Sampoerna, yang kemudian mengeluarkan produk Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Editor : Fabyan Ilat