CHINA, iNews.id – Inovasi spektakuler dilakukan China. Pemerintah setempat mengumumkan untuk mencari planet-planet terdekat yang dapat dihuni di galaksi Bima Sakti.
Dalam proyek yang disebut Closeby Habitable Exoplanet Survey (CHES) , China bersiap untuk meluncurkan teleskop ruang angkasa dengan bukaan sebesar 1,2 meter dan menuju titik Lagrange sejauh 1,5 juta kilometer.
BACA JUGA: Rayakan Kemenangan Real Madrid, Puluhan Penggemar Terluka
Titik Lagrange adalah posisi stabil secara gravitasi antara Bumi dan matahari. Demikian diungkap situs berita CGTN yang dikelola pemerintah China. Titik-titik Lagrange mengelilingi matahari dengan kecepatan yang persis sama dengan Bumi, yang berarti pesawat di salah satu titik itu akan tetap berada pada jarak yang sama dari planet bumi.
BACA JUGA: BMKG Peringatkan Waspada Gelombang Tinggi hingga 4 Meter
Begitu berada di titik Lagrange L2 (yang juga tempat bagi Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA), teleskop CHES akan menghabiskan lima tahun mencari dunia yang dapat dihuni di sekitar 100 bintang mirip matahari dalam jarak 33 tahun cahaya (10 parsec) Bumi. Dari data tersebut, para astronom berharap dapat melihat planet ekstrasurya seukuran Bumi yang bergerak di sekitar bintang mereka dalam orbit yang mirip dengan orbit bumi.
Harapannya, mereka bisa menemukan bumi baru yang bisa menampung air, dan bahkan mungkin kehidupan.
”Penemuan planet layak huni terdekat akan menjadi terobosan besar bagi umat manusia. Juga, akan membantu manusia mengunjungi kembaran Bumi itu dan memperluas ruang hidup kita di masa depan,” ungkap Ji Jianghui, astronom di Akademi Ilmu Pengetahuan China. Para ilmuwan China mengatakan bahwa mereka berharap bisa menemukan sekitar 50 exoplanet mirip Bumi atau super-Bumi dalam pencarian mereka. NASA sendiri sudah membuat katalog exoplanet yang berisi 5,030 planet.
Sekitar 3.854 planet dari katalog tersebut ditemukan dengan teknik yang dikenal sebagai “metode transit”. Teknik itu pertama digunakan pada 1999 untuk menemukan planet HD 209458b. Metode transit bekerja dengan melatih penglihatan teleskop menuju pusat galaksi dan mengamati tanda-tanda kerlipan cahaya bintang saat planet-planet lewat di depan bintang induknya.
Sejauh ini, teknik tersebut digunakan oleh teleskop luar angkasa Kepler NASA, Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) dan European Space Agency (ESA) Characterizing Exoplanet Satellite (Cheops) untuk menemukan dan mempelajari exoplanet. Meski demikian, metode transit ini memiliki kekurangan.
Yakni, butuh waktu lama alias lambat. Karena harus melihat banyak lintasan planet yang mengorbit di depan bintangnya sebelum para ilmuwan dapat mengenalinya.
Selain itu, metode ini hanya dapat mendeteksi jari-jari planet ekstrasurya (bukan massanya atau bentuk orbitnya), dan memerlukan survei bantuan dari teleskop berbasis darat untuk memastikan bahwa sinyal peredupan tidak disebabkan oleh aktivitas bintang lainnya. Nah, teleskop baru milik China ini dapat melihat planet ekstrasurya lebih cepat dan lebih detail dengan menggunakan metode berbeda yang disebut astrometri.
Dengan metode astrometri, para ilmuwan akan mencari tanda goyangan bintang yang disebabkan oleh tarikan gravitasi dari planet yang mengorbit.
Jika sebuah bintang sangat goyah dibanding enam hingga delapan bintang referensi di belakangnya, teleskop CHES akan menandainya untuk penyelidikan lebih lanjut.
Kemudian, dengan mempelajari cara khusus sebuah bintang bergoyang, para peneliti mengatakan mereka akan dapat mengidentifikasi massa eksoplanet yang mengorbitnya dan memetakan jalur tiga dimensi mereka di sekitarnya. Keputusan pemerintah China untuk mendanai misi CHES akan dilakukan Juni 2022 mendatang.
Jika mendapat lampu hijau, maka tim akan langsung bekerja untuk membangun teleskop raksasa tersebut dan diluncurkan pada 2026. China menjadi negara yang sangat fokus untuk menjalankan misi ruang angkasa, selain Amerika dan Rusia.
Mereka telah mendaratkan rover di bulan dan Mars, juga berencana menyelesaikan stasiun luar angkasa pertamanya pada akhir tahun ini dan memiliki pangkalan bulan yang berfungsi pada 2029.
Badan antariksa negara itu juga telah meluncurkan penyelidikan terahdap dark matter atau materi gelap, lewat sinar X- teleskop untuk mempelajari bintang neutron dan lubang hitam dan satelit komunikasi kuantum.
China juga akan memecahkan rekor dunianya sendiri untuk peluncuran luar angkasa tahun ini, setelah menjadwalkan 60 peluncuran pada 2022, lima kali lebih banyak dari 2021.
Editor : Fabyan Ilat