Apa itu Efek Peltzman? Efek Peltzman cukup umum terjadi setelah vaksinasi untuk suatu penyakit, di mana sebagian orang jadi mengabaikan langkah-langkah pencegahan karena menganggap tubuhnya sudah kebal. Padahal, hal tersebut belum tentu benar dan justru bisa menganggalkan vaksinasi. Ini perilaku yang dominan terjadi di Sulawesi Utara.
Pengamat kemasyarakatan Universitas Sam Ratulangi Jetty Tamanampo diwawancarai, mengatakan, kebiasan tersebut juga menyangkut masalah etika.
“Sifat pandang enteng atas suatu penyakit, apalagi terkait Covid-19, memang suatu persoalan serius di Manado. Apalagi ketika seseorang telah divaksin meski baru satu kali,” ujar Jetty, Rabu (29/09/2021).
Dosen Antropologi ini memaparkan, persoalan ini lebih ke karakter seseorang. Sehingga, sikap seperti ini harus jadi tanggung jawab bersama, bukan saja oleh pemerintah dan dinas terkait.
“Saling memberi masukan dan menegur demi kebaikan. Pandemi bisa dikendalikan, jika ada kerjasama semua pihak,” ujar Jetty.
Sebagai referensi, Efek Peltzman pertama kali dicetuskan oleh seorang ekonom dari Chicago University pada tahun 1975, Sam Peltzman. Efek ini menggambarkan situasi ketika orang menjadi ceroboh dan mengabaikan prosedur keamanan sudah diterapkan, lalu akhirnya melakukan hal-hal yang berisiko.
Efek Peltzman bisa terjadi dalam segala bidang, termasuk kesehatan. Dalam bidang kesehatan, penyebab dari efek Peltzman adalah adanya persepsi yang salah terhadap risiko penularan penyakit, khususnya pada orang-orang yang telah melakukan tindak pencegahan.
Contohnya adalah yang terjadi pada pandemi COVID-19. Setelah mendapatkan vaksin penangkal virus Corona, banyak orang jadi merasa kebal sepenuhnya sehingga tidak lagi disiplin dalam menjalani protokol kesehatan.
Padahal, persepsi tersebut berbahaya karena dapat membuat diri mereka sendiri dan orang lain di sekitarnya berisiko terkena COVID-19. Kenyataannya, setelah mendapatkan vaksin COVID-19, seseorang masih bisa terkena penyakit ini dan menularkannya ke orang lain, terlebih jika tidak menaati protokol kesehatan.
Editor : Fabyan Ilat