Pria Diduga Pemimpin Pemberontakan Liberia Ditangkap Imigrasi AS

WASHINGTON, iNews.id – Pihak Imigrasi Amerika Serikat (AS) berhasil menangkap seorang pria asal Liberia yang diduga sebagai pemimpin pemberontakan di Liberia.
BACA JUGA: Viral! Justin Bieber Dilarang Beli Ferrari, Alasannya Mengejutkan
Menurut otoritas AS, pemimpin kelompok pemberontak itu berusaha menggulingkan presiden negara Afrika Barat itu dua dekade lalu ditangkap karena melakukan penipuan imigrasi, kata Departemen Kehakiman, Kamis (5/5/2022) dilansir Reuters.
Laye Sekou Camara (43) dari Mays Landing, New Jersey, dituduh secara tidak benar menyangkal bahwa dia memiliki afiliasi dengan kelompok pemberontak dan pernyataan keliru lainnya ketika dia mengajukan permohonan visa non-imigran pada 2011 dan visa imigran pada 2012.
BACA JUGA: Terungkap! Data WHO Kematian Akibat Covid-19 Ternyata Tidak Valid
Camara dituduh sebagai mantan pemimpin Persatuan Liberia untuk Rekonsiliasi dan Demokrasi, sebuah kelompok yang dituduh merekrut tentara anak-anak untuk berperang dalam perang saudara tahun 1999-2003 di negara itu. Dia menggunakan visa untuk masuk dan tetap menjadi Amerika Serikat, kata departemen itu dalam siaran pers.
"Terdakwa ini berusaha untuk menghindari pertanggungjawaban atas keterlibatannya yang mengerikan dalam perang saudara brutal Liberia dengan secara curang memperoleh dokumen imigrasi AS," kata Jaksa AS Jennifer Williams dalam pernyataannya.
Tuduhan itu diajukan di pengadilan federal di distrik timur Pennsylvania. Camara ditugaskan sebagai pembela umum, yang tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Camara, yang menurut Departemen Kehakiman pernah dikenal sebagai Master Naga, dapat menghadapi hukuman maksimum 10 tahun penjara dan denda $250.000.
Liberia Bersatu untuk Rekonsiliasi dan Demokrasi adalah salah satu dari beberapa kelompok pemberontak yang berjuang tidak berhasil untuk menggulingkan pemerintah Charles Taylor, yang telah terpilih sebagai presiden pada tahun 1997 setelah bertahun-tahun berjuang dalam perang saudara pertama.
Editor : Fabyan Ilat