get app
inews
Aa Text
Read Next : Renungan Minggu: Beranilah seperti Daniel

Renungan Minggu: Kasih Perdamaian dari Allah

Minggu, 27 Maret 2022 | 06:30 WIB
header img
Ilustrasi. (Foto: istimewa)

RENUNGAN Minggu membahas isi Alkitab dalam Yosua 5: 9 –12. Dikutip gkjw.o.id, dalam memahami Yosua 5:9-12 tidak bisa dilepaskan dari peristiwa sebelumnya yaitu pada pasal 4 dan pasal 5 secara keseluruhan.

Pada pasal 4, kita bisa melihat bahwa bangsa Israel harus menyeberangi sungai Yordan. Peristiwa ini seperti mengulang peristiwa Musa membawa bangsa Israel menyeberangi laut Teberau. Tuhan mengeringkan Laut Teberau dan demikian Tuhan juga mengeringkan sungai Yordan bagi bangsa Israel (Yos. 5:1). Hal ini menegaskan penyertaan Tuhan kepada bangsa Israel tidak pernah berubah.

Penyertaan Allah terhadap Musa dan Yosua adalah sama, Perjanjian antara Allah dan Musa itu seperti diulang kembali kepada Yosua. Bangsa Israel juga melakukan sunat di bukit Khatan (Yos. 5:2,3). Sunat adalah lambang perjanjian antara Allah dan umat-Nya Israel yang pernah diikat-Nya melalui Musa. Bangsa Israel juga makan Paskah di Gilgal, peristiwa ini seperti mengulang peristiwa Paskah di Mesir yang menandai keselamatan dan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

Dalam bacaan kita ini dilansir Renungan Minggu, pembebasan dan keselamatan itu ditandai dengan Firman Allah: “Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu.” (Yos. 5:9). Jika Allah memelihara bangsa Israel pada zaman Musa dengan roti Manna, maka kini Manna telah berhenti dan digantikan dengan makanan dari tanah Kanaan. Pengulangan peristiwa ini ingin menegaskan bahwa kasih Allah tidak pernah berubah kepada umat-Nya yang mengikat setia dengan-Nya. Ini adalah sebuah harapan baru bagi bangsa Israel generasi Yosua daripada generasi Israel di padang gurun yang sering berbuat dosa. Ini seperti sebuah pembaharuan perjanjian. Allah mengikat setia kepada bangsa Israel, demikianlah sebaliknya diharapkan terjadi. Kini dua pihak yang saling mengasihi itu memiliki harapan baru.

Renungan minggu melihat, keputusan ada pada kita sendiri sebagai pribadi, “Apakah kita akan bersedia untuk merespon pendamaian dari Allah dengan mendorong dan melatih diri kita melakukan ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari atau terus menunda untuk melakukannya?”. Ada banyak cara dan jalan untuk bisa melakukannnya, tetapi terkadang kita mengeraskan hati untuk melakukannya.

Jangan sampai nasib kita sama dengan Mas Itu yang kehilangan kesempatan untuk berdamai dengan Mbak Ini, karena dia hanya sibuk membaca buku teori berbaikan dengan pacar dan menunda untuk langsung mengambil langkah berbaikan. Selama nafas masih dikandung badan, selama itulah kasih setia Tuhan kepada kita. Amin.

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut