SASIS Mobil jadi hal penting setiap mobil di Indonesia. Chasis atau biasa orang Indonesia menyebutnya sasis tak kalah dengan mesin, fungsi sasis ini sangat krusial bagi mobil.
Sasis berfungsi layaknya tulang belulang pada manusia sebagai penopang tubuh. Sasis juga bertugas untuk menopang beragam komponen yang ada pada mobil.
Tidak berhenti di situ, sasis turut digunakan untuk menyokong beban kendaraan serta penumpang. Di sisi lain juga berfungsi untuk mempertahankan bentuk mobil agar tetap kokoh.
Untuk itu, sasis harus terbuat dari material yang sangat kuat dan sanggup menahan beban dari kendaraan. Biasanya sasis terbuat dari besi atau baja yang telah didesain khusus.
Sasis sendiri ada banyak jenisnya. Tiap-tiap jenis memiliki peran dan keunggulan masing-masing. Nah apa saja jenisnya? Berikut ulasannya, seperti dilansir dari berbagai sumber.
1. Ladder frame
Ladder Frame yang merupakan sasis dengan bentuk seperti tangga. Walau bentuknya unik, tapi sasis ini cocok menjadi dasar kedudukan bodi mobil, mesin, dan komponen lainnya.
Sasis yang satu ini terbuat dari baja simetris berbentuk balok yang ada di beberapa bagian tertentu. Kemudian diperkuat dengan menambahkan joint serta crossmember. Ladder Frame biasa digunakan pada mobil SUV, seperti Toyota New Fortuner.
2. Monocoque chassis
Monocoque chassis adalah jenis sasis yang dibuat menyatu dengan bodi mobil. Bagian terluar bodi mobil yang termasuk dari bagian sasis ini berfungsi sebagai kerangka yang mampu melindungi ruang kabin dari benturan.
Monocoque chassis terbuat dari lembaran baja komposit yang disatukan dan diperkuat sehingga dapat dibentuk menjadi kerangka bodi mobil. Beberapa yang menggunakannya adalah Toyota All New Camry dan Toyota New Avanza.
3. Backbone chassis
Jenis Backbone chassis memiliki bentuk seperti tulang rangka utama tunggal. Posisinya melintang sepanjang bagian tengah mobil yangmembuat bagian depan dan belakang mobil saling terhubung.
Backbone chassis juga bisa disebut sebagai sasis tunggal. Sayangnya, sasis ini memiliki banyak kekurangan, seperti biaya produksi lebih tinggi dan side impact yang buruk.
Editor : Fabyan Ilat