JAKARTA, iNews.id – Minyak goreng curah jadi salah satu pilihan masyarakat. Mudah memerolehnya, membuat minyak goreng curah jadi primadona. Namun, peredaran minyak goreng curah sempat ingin dihentikan oleh pemerintah pada 2019 silam.
Harga minyak kemasan dengan standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) saat ini memiliki harga yang cukup tinggi setelah pemerintah melepas harganya di pasar setelah kebijakan HET-nya (harga eceran tertinggi) dicabut.
Meski demikian Pemerintah memberikan opsi kepada masyarakat untuk mengonsumsi minyak curah jika mengganggap harga minyak kemasan terlalu tinggi. Bahkan pemerintah memberikan subsidi untuk jenis minyak tersebut melalui harga teratas Rp14.000.
Padahal peredaran minyak curah pada era Menteri Perdagangan sebelumnya saat dijabat oleh Enggartiasto Lukita. Pada 2019 lalu alasan wacana penghentian peredaran minyak curah di pasar dikarenakan faktor kesehatan. Namun saat ini pemerintah menjadikan opsi tunggal ditengah kondisi minyak kemasan yang sedang mahal.
Jika melirik sisi kesehatannya, Dokter Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen mengatakan minyak curah sangat tidak direkomendasikan untuk dijadikan barang konsumsi untuk masyarakat.
"Kita tidak pernah tahu minyak curah itu dari mana asal usulnya, sampai hari ini belum ada yang menguraikan komposisinya di laboratorium," ujarnya kepada MNC Portal, Selasa (22/3/2022).
Selain itu dengan mahalnya harga minyak berpotensi untuk masyarakat akan mencari alternatif atau penghematan. Misalnya dengan menggunakan minyak tersebut berkali-kali. Cara tersebut kemungkinan bukan hanya di lakukan oleh para pelaku rumah tangga, namun bisa juga digunakan para pelaku usaha yang tentunya memiliki dampak lebih luas dari sisi kesehatan untuk masyarakat.
"Misalnya motor saja, menggunakan oli bekas atau oli yang sudah digunakan sebelum bagaimana dampaknya kepada mesin? Bagaimana tubuh manusia jika mengonsumsi minyak yang sudah digunakan sebelumnya," kata Tan Shot Yen.
Selain itu Tan Shot Yen juga menjelaskan dampak lebih lanjut dari sisi kesehatan ketika terlalu banyak mengonsumsi minyak curah maupun minyak goreng kemasan yang digunakan secara berulang.
Menurutnya jika yang digoreng adalah produk-produk nabati maka bisa muncul akrilamida, sebuah zat yang berbahaya untuk kesehatan. Sedangkan produk yang digoreng oleh hewani, maka akan muncul polisklik aromatic hidrokarbonnya dan senyawa amines.
Tan Shot Yen menjelaskan keduanya jika di konsumsi rutin dalam berbagai jenis makanan lambat laun berisiko karisnogenik, atau senyawa yang bisa menyebabkan kanker dalam tubuh manusia.
"Itu risiko kanker di depan mata, risiko penyakit stroke, hipertensi, diabetes didepan mata, terus kalau masyarakat sakit yang rugi siapa," pungkas Tan Shot Yen.
Tan Shot Yen menambahkan mengonsumsi minyak kemasan dengan jumlah yang tinggi saja sudah membahayakan untuk tubuh manusia. Apalagi jika masyarakat banyak mengonsumsi minyak curah, yang saat ini menjadi pilihan tunggal minyak termurah.
Editor : Fabyan Ilat