BITUNG, iNewsManado.com - Seorang petugas keamanan KPU Bitung, yang dikenal dengan inisial P, dilaporkan mengalami pemukulan oleh oknum polisi saat berlangsungnya debat pasangan calon dalam Pilkada Kota Bitung. KPU Bitung mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap oknum tersebut jika tidak ada itikad baik untuk menyelesaikan masalah ini.
"Kami masih menunggu itikad baik dari oknum tersebut, namun hingga saat ini tidak ada respons. Jika situasi ini tidak berubah, kami akan melaporkan kepada Propam, dan saya, sebagai penggiat perempuan, juga akan melaporkan kejadian ini ke komunitas perempuan," ungkap Wiwinda Hamisi, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat (Parmas), dan SDM KPU Kota Bitung, dalam pernyataannya pada Rabu (9/10/2024).
Dugaan pemukulan terjadi pada Minggu (6/10) saat debat paslon Pilkota Bitung di sebuah hotel di Kecamatan Mapanget, Manado. Wiwinda menjelaskan bahwa korban saat itu sedang berjaga di pintu masuk aula debat.
"Oknum tersebut memukul kepala korban menggunakan HP, karena dia dilarang masuk ke area debat," tambahnya.
Menurut Wiwinda, korban menolak memberikan izin kepada pelaku untuk masuk karena oknum tersebut tidak mengenakan seragam resmi polisi dan tidak menunjukkan identitas diri. Ia juga menegaskan bahwa pihak KPU tidak menerima informasi mengenai kedatangan oknum tersebut.
"Bagaimana kami bisa mengetahui bahwa dia polisi jika ia terlihat seperti preman. Seharusnya dia menginformasikan bahwa dia adalah anggota Polri. Biasanya, jika demikian, petugas jaga akan melaporkan kepada atasan sebelum kami mengizinkan masuk dengan ID," jelasnya.
Wiwinda melanjutkan, oknum tersebut langsung masuk tanpa pemberitahuan. Ketika korban meminta pelaku untuk keluar, terjadilah keributan.
"Dia memaksa masuk melewati dua pintu, yaitu pintu registrasi dan pintu utama debat. Ketika korban meminta untuk keluar, pemukulan itu terjadi," jelasnya.
Wiwinda sangat menyesalkan insiden kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi terhadap seorang petugas KPU, apalagi korban adalah seorang perempuan. Ironisnya, debat tersebut membahas isu kekerasan terhadap perempuan, tetapi justru insiden kekerasan terjadi di lokasi yang sama.
Editor : Fabyan Ilat