get app
inews
Aa Text
Read Next : Dirindukan Masyarakat, Tokoh Pluralisme Manado Comeback!

Bank Indonesia Gelar Rakorwil Sulampua TW II 2024 di Manado

Kamis, 08 Agustus 2024 | 19:25 WIB
header img
Rakorwil Sulampua TW II 2024 dengan tema “Upaya peningkatan Produksi dan Stabilisasi Harga Komoditas Perikanan” (Foto iNewsManado/Subhan)

MANADO, iNewsManado.id - Bank Indonesia menggelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) Triwulan (TW) ke II 2024 di hotel Sintesa Peninsula, Kota Manado, Sulawesi Utara, Kamis (8/8/2024).

Rakorwil Sulampua TW II 2024 dengan tema “Upaya peningkatan Produksi dan Stabilisasi Harga Komoditas Perikanan” ini selain membahas komoditas Perikanan, dipaparkan juga mengenai Pertumbuhan Ekonomi (PE) terutama di Wilayah Sulampua.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) selaku Koordinator Wilayah Sulampua, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan bahwa PE di Sulampua pada Triwulan II Tahun 2024 tumbuh 6,74 persen (year on year), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 7,97 persen.

"PE Sulampua ini selaras dengan pertumbuhan ekonomi nasional, dimana, pertumbuhan tertinggi tercatat di Papua Barat 21,11 persen sementara terendah di Maluku 3,12 persen,” kata Rizki.

Yang menarik kata Rizki, penyumbang inflasi di Sulampua bukan hanya datang dari kangkung, beras, kretek mesin, emas perhiasan, namun ada ikan yang juga menyumbang Inflasi.

Wilayah Sulampua kata Rizki ternyata menjadi sentra produsen perikanan tangkap nasional dengan pangsa 55,87 persen produksi nasional dan serapan tenaga kerja yang lebih tinggi dari nasional.

Adapun yang menjadi tantangan pada triwulan III ini yakni mengantisipasi menurunnya produksi ikan yang diakibatkan oleh Fenomena La Nina, dimana sesuai info dari BMKG La Nina akan terjadi pada pertengahan Agustus 2024 ini.

“Fenomena La Nina beresiko ke produksi perikanan karena gelombang laut yang tinggi, cenderung diikuti dengan angin pasat yang menguat sehingga menahan aktivitas melaut bagi para nelayan," ujarnya.

Berdasarkan data historis, rata-rata produksi perikanan tangkap Sulampua pada La Nina sebesar 45,13 ribu ton, lebih rendah dibandingkan periode El Nino yang sebesar 49,54 ribu ton.

Tantangan lainnya, yakni fluktuasinya bahan baku produksi tinggi akibat ketergantungan terhadap cuaca, bagan baku pendukung hilirisasi ikan masih impor (canola oil, kaleng, sunflower oil), kebutuhan listrik untuk cold storage belum memadai dan persaingan perolehan bahan baku dengan industri di luar Sulampua.

Sementara itu, Sulut Olly Dondokambey melalui Sekretaris Daerah Provinsi Steve Kepel mengatakan kegiatan ini begitu penting untuk mendorong sektor perikanan di wilayah Sulampua.

“Urgensi rakorwil ini merupakan wujud nyata komitmen kita bersama perkuat sinergitas lintas daerah dalam rangka mendukung pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Sekertaris Daerah Sulut, Steve Kepel.

Kepel mengatakan, kawasan Indonesia Timur memiliki kekayaan laut yang melimpah, namun ada tantangan yang masih sangat besar, seperti keterbatasan infrastruktur hingga akses modal, untu itu Kepel berharap melalui rakorwil dapat merumuskan strategi untuk mempercepat peningkatan sektor perikanan.

“Diharapkan adanya inovasi hingga solusi yang efektif guna mengoptimalkan potensi yang ada,” pungkasnya.

Editor : Subhan Sabu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut