MANADO, iNewsManado.id - MSD Indonesia (nama dagang Merck & Co., Inc., Rahway, N.J., USA) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menggelar kegiatan edukasi bagi rekan jurnalis dan komunitas terkait urgensi peningkatan pemahaman seputar imunisasi human papillomavirus (HPV sebagai upaya pencegahan penyebaran kanker serviks di Indonesia.
Kanker serviks atau kanker leher rahim sendiri masih menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi dan beban pembiayaan kesehatan terbesar di Indonesia. Data Globocan mencatat pada 2021, terdapat 36.633 kasus kanker serviks di Indonesia dengan angka kematian yang terus meningkat.
Kegiatan yang mengusung tema ‘Siap Imunisasi HPV di BIAS 2024! Langkah Kecil Berdampak Besar, Lindungi Anak Perempuan dari Kanker Serviks’ ini dibuka dengan sambutan dari Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM dan Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.
Turut hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulut, dr. Gysje Pontororing, MPH; Dokter Spesialis Anak yang juga Ketua Komda KIPI Sulut, DR. dr. Hesti Lestari, SpA(K); serta Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Mellisa Handoko Wiyono.
Untuk mempercepat pencapaian target eliminasi kanker serviks, pada 2023 Kementerian Kesehatan mengukuhkan Rencana Aksi Nasional (RAN) yang terdiri dari empat pilar, dengan Pilar 1 berupa pemberian layanan berisi kegiatan vaksinasi, skrining dan tata laksana.
Sebagai bagian dari pilar 1, Kemenkes menargetkan 90 persen anak perempuan usia 11 dan 12 tahun kelas 5 dan 6 atau setara, termasuk yang tidak bersekolah, menerima vaksin HPV lengkap. Untuk mencapai target tersebut, Kemenkes memberikan imunisasi HPV gratis bagi anak yang bersekolah, yang terintegrasi dengan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional atau BIAS.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen penuh untuk bisa mencegah morbiditas, mortalitas, atau kecacatan yang disebabkan dari penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, salah satunya kanker leher rahim yang umumnya disebabkan oleh virus HPV.
"Sebagai penyakit mematikan dan menjadi salah satu beban pembiayaan negara tertinggi, studi menunjukkan bahwa penyebaran kanker leher rahim ini bisa dicegah, salah satunya melalui imunisasi. Tingkat pengetahuan yang cukup dan tingkat partisipasi yang tinggi dari masyarakat dibutuhkan, agar semua anak-anak di usia sasaran tersebut bisa mendapatkan imunisasi HPV agar kita bisa mencapai target yang telah ditetapkan," tutur dr. Prima, Rabu (31/7/2024).
Dia menambahkan bahwa acara yang digelar kali ini di Manado menjadi penting, sebagai sarana bersama untuk menyampaikan manfaat imunisasi HPV, serta kerugian jika anak-anak kita tidak menerima imunisasi HPV. Informasi ini penting untuk diberikan secara terus menerus, dengan melibatkan semua pihak, bukan hanya tenaga kesehatan.
“Kami percaya, melalui upaya kolaboratif yang melibatkan banyak pihak, kita bisa meningkatkan cakupan imunisasi HPV yang tinggi dan merata bagi seluruh anak-anak kita, minimal mencapai target 90 persen, sehingga anak-anak Indonesia, khususnya Sulut bisa terlindungi dan bisa mencapai masa depan yang cerah dan siap menjadi generasi pembangunan bangsa," tutur dr. Prima.
Di kesempatan tersebut, dr. Prima juga menyampaikan terima kasih kepada MSD Indonesia yang telah memfasilitasi acara penting ini, serta ajakan kepada teman-teman jurnalis dan komunitas untuk bisa terus mengedukasi masyarakat terkait pentingnya imunisasi HPV.
Mewakili Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulut, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulut, dr. Gysje Pontororing, MPH menyampaikan bahwa Imunisasi Anak Sekolah merupakan program nasional yang wajib kita laksanakan, termasuk di dalamnya imunisasi HPV.
"Pada BIAS 2023, capaian imunisasi HPV di Sulut pada pemberian dosis pertama baru di angka 80 persen, masih di bawah target nasional di angka 90 persen. Untuk mencapai perlindungan yang kuat dalam komunitas, cakupan dan pemerataan imunisasi perlu dilakukan," ujar dr.Gysje.
Namun kata dia, sejumlah tantangan masih dihadapi, di antaranya belum optimalnya kolaborasi antar sektor, informasi yang kurang tepat terkait imunisasi HPV, serta kekhawatiran dan keengganan yang masih dirasakan para orang tua.
"Kami mengimbau kepada segenap masyarakat khususnya di wilayah Sulut untuk mau mencari tahu informasi yang akurat seputar imunisasi HPV, sehingga dapat mengatasi keraguan dan siap berpartisipasi dalam program BIAS yang akan datang. Karena imunisasi merupakan hak setiap anak Indonesia," jelasnya.
Menurut temuan UNICEF dan AC Nielsen pada kuartal kedua tahun 2023, sekitar 38 persen orang tua enggan melakukan imunisasi karena takut terhadap imunisasi ganda atau lebih dari satu suntikan. Sementara itu, sekitar 12 persen mengaku khawatir terhadap efek samping dari vaksin. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, karena berdampak pada target capaian imunisasi nasional.
Dokter Spesialis Anak yang juga Ketua Komda KIPI Sulawesi Utara, DR. dr. Hesti Lestari, SpA(K) menyampaikan bahwa imunisasi merupakan langkah pencegahan yang terbukti efektif dalam melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya, salah satunya kanker serviks.
"Inilah mengapa, penting bagi orang tua untuk membekali diri dengan informasi yang tepat seputar kanker serviks dan imunisasi HPV, agar terhindar dari misinformasi atau hoaks," ujar DR. dr. Hesti.
Perlu diketahui, rekomendasi WHO menyebut pemberian imunisasi HPV akan semakin efektif diberikan kepada perempuan yang belum menikah atau belum aktif secara seksual agar perlindungannya bekerja maksimal.
"Penelitian juga telah membuktikan bahwa imunisasi HPV pada anak aman dilakukan. Ini adalah bagian dari upaya kita untuk melindungi anak-anak kita dari bahaya kanker serviks,” tuturnya.
Sebagai mitra aktif Kemenkes, MSD Indonesia berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam mencapai target eliminasi kanker serviks di Indonesia, melalui edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat terkait pentingnya pencegahan kanker serviks.
“Kegiatan edukasi yang digelar hari ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk terus meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kesiapan penerimaan masyarakat terhadap imunisasi HPV, khususnya pada program BIAS 2024 mendatang. Kami percaya, partisipasi aktif masyarakat dalam penerimaan imunisasi HPV merupakan langkah kecil yang berdampak besar, bagi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia di masa depan,” jelas Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.
Editor : Subhan Sabu