Pihak keluarga pun membuatkan kuil untuk mengenangnya dan menempatkan boneka Okiku sebagai display. Tapi anehnya, setelah beberapa saat keluarga melihat rambut boneka itu yang awalnya dipotong dengan model bob pendek, perlahan tumbuh memanjang melewati bahunya.
Ketika keluarga itu pindah pada tahun 1938, mereka mempercayakan boneka itu ke Kuil Mennenji di Hokkaido, di mana para pengasuh terus merawat boneka Okiku dan rambutnya yang juga terus tumbuh panjang.
3. Lilly
Rambut boneka yang dibuat era 1800 di Jerman ini dibuat dengan menggunakan rambut asli dari manusia. Menurut keterangan museum Zak Bagans of Ghost Adventures’ Haunted Museum sebagai tempat penyimpanan boneka Lilly saat ini, awalnya boneka ini ditemukan oleh seorang pedagang barang antik lalu dibawa pulang ke rumah.
Kemudian sang pedangang disebutkan mulai mengalami mimpi buruk berulang kali, mimpi buruk soal seorang gadis kecil yang mengalami kecelakaan yang sangat parah. Tak tahan, boneka Lilly disiapkan untuk dijual di toko barang antik.
Lalu ada seorang gadis kecil yang tiba-tiba berbicara dengan boneka Lilly selama 3 jam, berinteraksi dengannya seperti sesama anak kecil. Gadis kecil itu memberitahu pemilik boneka kalau Lilly adalah seorang gadis kecil yang telah mengalami kekerasan yang sangat parah.
Lalu ada seorang gadis kecil yang tiba-tiba berbicara dengan boneka Lilly selama 3 jam, berinteraksi dengannya seperti sesama anak kecil. Gadis kecil itu memberitahu pemilik boneka kalau Lilly adalah seorang gadis kecil yang telah mengalami kekerasan yang sangat parah.
4. Robert the Doll
Boneka yang hadir dalam keluarga Otto di Key West, Florida pada awal 1900-an sebagai hadiah untuk putra bungsu keluarga tersebut, Robert Eugene Otto. Robert dan boneka itu menjadi tidak terpisahkan, sehari-hari Robert dikatakan kerap meluapkan emosinya termasuk sering menyalahkan boneka itu atas kesalahannya yang ia buat sendiri.
Keluarga lalu lama-lama curiga kalau boneka ini hidup dan bisa berubah posisi dengan sendirinya, keluarga juga mengklaim boneka itu bisa berbicara sendiri dan merespons dengan suara yang sama sekali berbeda.
Editor : Norman Octavianus