5 Misteri Menakutkan tentang Ayam Cemani, Salah Satunya untuk Makanan Jin

JAKARTA, iNews.id - Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikannya masing-masing dalam hal adat istiadat dan budaya. Selain itu juga, ada terdapat banyak mitos dengan keunikan tersendiri yang membuat penasaran untuk diketahui, salah satunya yaitu mitos mengenai ayam cemani. 

Ayam cemani adalah ras ayam lokal yang telah dikembangkan di Pulau Jawa sejak abad ke-12. Ayam cemani memiliki gen dominan yang menyebabkan hiperpigmentasi, yang membuat ayam-ayam ini kebanyakan berwarna hitam, termasuk bulu, paruh, dan organ dalam. 

Baca Juga

Apakah Anda Hamil Anak Kembar? Ini Beberapa Gejala yang Bisa Terjadi

Ayam cemani identik dengan praktik ilmu hitam. Darah Cemani dipandang sakral dan kaya dengan kekuatan. Sehelai bulu cemani ibarat senjata yang begitu ampuh sebagai pusaka. Dan fantastisnya, mitos ini begitu dipercaya dan susah dihilangkan dalam kultur masyarakat Nusantara, terutama Jawa. 

Karena banyaknya mitos yang beredar mengenai ayam cemani, ayam serba hitam ini dibanderol dengan harga yang mahal, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. 

Lantas, apa saja sih mitos yang tersembunyi di ayam cemani? Berikut ulasannya dirangkum pada Senin (17/1/2022). 

Baca Juga

Jangan Salah, Berikut 3 Mitos Seputar Diet

1. Tolak sial

Ada mitos mengenai ayam cemani yang mengatakan, meskipun energi cemani itu negatif dan gelap. Tapi bisa menjadi alat untuk menolak kesialan.

2. Jadi media santet

Misteri ayam cemani erat hubungannya dengan santet. Konon, ayam ini sering dikirim sebagai media santet.

3. Darahnya untuk kekebalan tubuh

Ayam cemani memang begitu magis. Sampai-sampai, manusia yang minum darahnya bakalan punya kekebalan tubuh.

4. Makanan jin

Misteri ayam cemani lainnya adalah bangsa jin sangat menyukai jenis ayam ini. Makanya, mereka selalu meminta menu Cemani sebagai sesajinya.

5. Ayam keluarga kerajaan

Di zaman dulu, cemani dipandang sebagai ayam khusus keluarga kerajaan. Hanya orang ningrat saja yang boleh memelihara sebagai tameng dan pagar gaib.

Editor : Norman Octavianus