get app
inews
Aa Text
Read Next : Cara Redakan Gejala Flu dengan Cepat, Konsumsi Sayuran Super Ini!

Nyeri Pinggang Jangan Anggap Sepele, Ini Efek Berbahayanya

Jum'at, 07 Januari 2022 | 06:20 WIB
header img
Ilustrasi nyeri pinggang. (foto: istimewa)

NYERI Pinggang merupakan keluhan hampir seluruh manusia. Nyeri pinggang memang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam kehidupan setiap hari.

Rasa nyeri pada pinggang sering dianggap wajar. Lebih dari 80% populasi dunia pernah mengeluh kondisi ini. Tapi banyak yang tidak menyadari bahwa nyeri pinggang kemungkinan adalah gejala awal dari penyakit yang lebih serius seperti Axial Spondyloarthritis (AxSpA). AxSpA adalah gangguan imun/penyakit autoimun dimana kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang. 

“Tidak hanya pada persendian, penderita juga berpotensi mengalami gangguan peradangan entesis (daerah dimana ligamen dan tendon bertemu dengan tulang), uveitis (mata), psoriasis, serta peradangan pada usus,” terang Dr. dr. Laniyati Hamijoyo, Sp.PD-KR, FINASIM, pada acara webinar bertema Ada Bambu di Punggungku – Periksakan Dini Nyeri Pinggang, Sebelum Memburuk yang diadakan Novartis Indonesia. 

AxSpA termasuk penyakit rematik inflamasi yang terkait dengan gen HLA-B27. Gen HLA-B27 ini berguna untuk klasifikasi AxSpA meskipun untuk diagnosis, HLA B-27 sendiri tidaklah cukup. Umumnya gejala timbul pada usia < 45 tahun. 

Menurut dr. Laniyati, AxSpA terbagi ke dalam dua jenis, yaitu Non-radiographic Axial Spondyloarthritis (nr-axSpA) dan Ankylosing Spondylitis (AS). Gejala pada keduanya serupa yang biasanya ditandai oleh rasa nyeri dan kaku di pinggang dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Namun perbedaannya, pada nr-AxSpA, inflamasi tidak terlihat pada hasil foto rontgen melainkan dengan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI), walaupun orang tersebut merasakan gejala. “Sedangkan pada AS, inflamasi sudah terdeteksi saat pemeriksaan radiografi,” bebernya. 

Guna melihat adanya nr-AxSpA atau tidak, biasanya dokter akan merekomendasikan pasien untuk melakukan MRI. Pada umumnya, nr-AxSpA dianggap sebagai tahap pertama sebelum penyakit memburuk menjadi AS. 

Dalam kurung waktu 2 sampai 10 tahun, sekitar 10 - 40% pasien dengan nr- AxSpA akan berkembang menjadi AS. Untuk itu, tatalaksana yang cepat dan tepat memegang kontribusi yang sangat besar dalam mempertahankan kualitas hidup yang baik bagi pasien. 

Pasien dengan AS biasanya akan mengalami gejala seperti peradangan (rasa sakit, dan kekakuan) di bagian bahu, pinggul, atau tumit dan kadang disertai pula dengan kondisi mudah lelah dan kehilangan energi untuk beraktivitas. Karena sifatnya yang progresif, pada pasien dengan AS berat dapat terjadi penyatuan ruas-ruas tulang belakang menyerupai batang bambu, sehingga penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk. Penyakit ini dikenal dengan nama “Bamboo Spine”. 

Dikatakan Hanum Yahya, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Engagement - Novartis Indonesia, beban yang ditimbulkan oleh penyakit kronis sangatlah besar bagi kualitas hidup pasien dan caregivers. 

“Novartis Indonesia berkomitmen untuk secara berkelanjutan turut serta dalam upaya meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, selain melalui dialog yang dengan para pembuat kebijakan, juga dengan bekerjasama dengan para ahli turut mengedukasi masyarakat luas tentang penyakit Autoimun Axial Spondyloarthritis agar mendapatkan diagnosa serta tata laksana yang tepat,” kata Hanum. 

Guna mendapat diagnosis axSpA dan memastikan perawatan yang tepat, segera kunjungi rheumatologist atau ahli reumatologi. Nantinya, rheumatologist akan menyesuaikan perawatan dengan gejala dan tingkat keparahan kondisi setiap individu. 

Perlu diketahui, tidak ada cara untuk memprediksi dengan tepat perawatan mana yang paling cocok karena setiap perawatan memiliki manfaat dan risikonya masing-masing. Dokter mungkin saja perlu mencoba beberapa perawatan berbeda sebelum menemukan perawatan yang tepat. 

Adapun obat-obatan yang akan diberikan seperti; obat anti inflamasi non steroid (NSAID), obat anti rematik yang memodifikasi penyakit (DMARDs), DMARDs biologis. 

Dokter juga mungkin akan melakukan pembedahan, hal ini dilakukan sebagai upaya akhir untuk memperbaiki sendi yang mengalami kerusakan parah yang bertujuan untuk mengganti sendi yang rusak dengan sendi tiruan di bagian tubuh tertentu, seperti panggul. 

Selain itu upayakan untuk selalu menjalani hidup sehat. 

Makan makanan yang sehat, berhenti merokok dan kurangi stress. Penting juga melakukan olahraga dan aktivitas secara teratur untuk tetap sehat sesuai dengan anjuran dokter. 

Terakhir, akui perasaan dan cari dukungan orang terdekat. Mengingat axSpA belum bisa disembuhkan. 

Sehingga wajar jika merasa takut, frustasi, sedih dan terkadang marah. Penderita harap mewaspadai perasaan ini dan minta bantuan apabila mulai berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.

 

Editor : Norman Octavianus

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut