JAKARTA, iNews.id - Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) yang saat ini menjabat Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung menegaskan bahwa meskipun nanti akan ada Rupiah digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC), keberadaan uang kertas maupun logam tetap terjamin.
Dia mengatakan bahwa porsi peredaran akan disesuaikan dengan kebutuhan di masyarakat.
"CBDC di dalam implementasinya bisa dilakukan secara bertahap. Sekian persen 20% dari uang beredar, tidak full menggantikan, tetap uang kertas uang logam dan digital itu," ujar Juda dalam uji kepatutan dan kelayakan bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa (30/11/2021).
Jika semuanya serba digital, dia khawatir akan menjadi risiko besar, seperti misalnya jika terjadi gangguan sistem atau bahkan mati listrik. Sehingga, keberadaan uang kertas dan logam masih sangat dibutuhkan.
"Memang saat ini transaksi digital kian meningkat pesat. Dalam laporan tahunan BI 2021, disebutkan transaksi uang elektronik pada 2021 diperkirakan mencapai Rp 40.000 triliun atau akan naik 41,2% secara tahunan (year on year/yoy). Serta akan kembali tumbuh tinggi 16,3% (yoy) hingga mencapai Rp 337 triliun pada 2022," ungkap Juda.
Adapun transaksi e-commerce pada tahun ini diramal akan menembus Rp 403 triliun atau tumbuh 51,6% (yoy) dan akan terus meningkat pada 2022 hingga mencapai Rp 530 triliun atau tumbuh 31,4% (yoy).
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, transaksi pembayaran digital banking pada 2021 juga diproyeksikan naik 46,1% (yoy) atau mencapai Rp 40.000 triliun dan berlanjut naik 21,8% hingga mencapai Rp48.600 triliun pada 2022.
"Dengan CDBC bank sentral tetap menjaga efektivitas kebijakan moneter dan menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong inklusi keuangan," ungkapnya.
Juda pun menjelaskan bahwa ada dua opsi pendekatan dalam digitalisasi rupiah. Yang pertama adalah direct (one tier) atau indirect (two tier).
Direct bisa melalui rumah tangga atau korporasi yang mendapatkan token dari bank sentral. Indirect itu melalui 2 tahap, tier pertama perbankan dan para pengguna baik rt dan korporasi.
"Menurut kami, yang kedua lebih tepat seperti peredaran uang kertas dan logam saat ini. Bank sentral mengedarkan melalui perbankan dan masyarakat mendapatkan uang kertas dan logam dari perbankan tersebut," pungkas Juda.
Editor : Fabyan Ilat