SAKIT Diare pada anak tentu membuat orang tua khawatir. Sebagai orang tua, Anda pasti ingin si Kecil lekas sembuh dan pulih kembali.
Maka, tak sedikit orang tua yang langsung memberikan antibiotik untuk mengatasi diare tersebut.
Perlu diingat bahwa diare dapat disebabkan oleh berbagai hal.
Dan infeksi virus merupakan penyebab terbanyak pada balita.
Pada penyakit akibat infeksi virus, penggunaan antibiotik bukanlah pilihan tepat.
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus bersifat self-limiting, yaitu dapat sembuh dengan sendirinya.
Oleh karena itu, jangan buru-buru memberikan antibiotik untuk diare anak.
Anda sebaiknya konsultasi lebih dahulu dengan dokter.
Meski diare biasanya akan sembuh sendiri, tapi tetap harus dibarengi dengan pemberian hidrasi dan istirahat yang cukup.
Selain itu, orang tua juga perlu menjaga asupan makanan bagi si Kecil, serta melakukan pencegahan penyebaran diare dengan membiasakan cuci tangan dengan sabun, mempersiapkan makanan yang bersih, serta lebih berhati-hati dalam membuang tinja si Kecil (tidak mengganti atau membuang popok di dapur).
Berdasarkan National Institute for Health and Care Excellence Clinical: Guidelines tahun 2009, pemberian antibiotik untuk diare anak hanya boleh dilakukan jika:
- Anak mengalami sepsis (infeksi darah dengan tingkat keparahan tinggi).
- Adanya penyebaran infeksi bakteri di luar usus.
- Anak berusia kurang dari 6 bulan dengan diare akibat bakteri Salmonella.
- Anak memiliki kondisi malnutrisi atau sistem kekebalan tubuh rendah dengan diagnosis diare akibat bakteri Salmonella.
- Anak dengan kondisi pseudomembranous enterocolitis, yaitu peradangan usus besar yang terkait dengan pertumbuhan berlebih bakteri Clostridium difficile. Infeksi ini merupakan penyebab umum dari diare setelah penggunaan antibiotik.
- Diare disertai darah akibat shigellosis atau disebut juga dengan disentri basiler dan kolera.
- Pada kasus diare disertai darah akibat parasit seperti amuba dan giardia, dapat diberikan obat antiprotozoa.
Editor : Fabyan Ilat