MANADO, iNewsManado.com - Renungan Minggu 21 Agustus 2022 membahas pembacaan Alkitab dalam Kitab Perjanjian Baru pada Roma 14:1-12.
Dalam renungan Minggu, pembacaan dalam Roma 14:1-12 diberi judul Jangan Menghakimi Saudaramu.
Dalam renungan Minggu, dikutip dodokugmim, membahas kehidupan jemaat mula-mula di kota Roma. Di sana berada orang-orang yang berasal dari Yahudi dan non-Yahudi.
Mereka memiliki latar belakang kehidupan, pandangan dan kebiasaan yang berbeda. Perbedaan itu menyangkut soal makan minum, soal hari yang lebih penting dan hal lainnya.
Rupanya keadaan ini membuat jemaat Roma tidak bisa bersatu. Mengapa? Karena mereka membenarkan pendapat, pandangan dan kebiasaan masing – masing.
Sehingga mereka saling menghina dan menghakimi. Paulus menasehatkan jemaat Roma bahwa mereka jangan saling melemahkan.
Sebagai jemaat Tuhan yang diciptakan, ditempatkan Tuhan dalam dunia, jemaat diingatkan bahwa mereka harus saling menerima, saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain.
Makan minum, hari – hari perayaan tidak menentukan kesucian dan kekudusan seseorang tetapi bagaimana penerimaan Allah dan bagaimana keyakinan imannya.
Paulus kemudian mengingatkan bahwa manusia ciptaan Allah dimana hidup dan kehidupan ada dalam kendali dan pengaturan Tuhan. Dan sebagai ciptaan tentunya manusia ada milik Tuhan dan sebagai milik Tuhan harus hidup sebagai saudara. Dengan tegas Paulus menyatakan agar supaya jangan saling menghina dan saling menghakimi.
Dalam kehidupan kita saat ini, tak bisa dipungkiri di antara kita banyak perbedaan, dalam keluarga, jemaat dan bermasyarakat. Yang kadang membuat kita sulit untuk saling menerima, saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain.
Banyak kali karena perbedaan tersebut kita melupakan jati diri kita sebagai umat ciptaan Tuhan, jati diri kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan.
Sehingga kita tidak lagi menjadikan Yesus Kristus sebagai fokus pemberitaan kita, ajaran Yesus Kristus sebagai pedoman hidup kita tetapi justru kita sibuk saling berdebat, saling menghina bahkan saling menghakimi satu dengan yang lain.
Hidup kita tidak mampu memberi arti dan makna tentang pengorbanan Yesus Kristus. Paulus mengingatkan bahwa hanya dengan kerendahan hati sebagai hamba Tuhan, sebagai umat ciptaan Tuhan, sebagai saudara yang Tuhan tempatkan didunia ini, dalam keluarga, jemaat dan masyarakat maka kita akan mampu untuk bisa saling menerima, saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. Walaupun untuk memiliki sebuah kerendahan hati kadang seseorang sulit untuk menyatakannya. Ego kita kadang menghalanginya.
Tetapi kalau fokus yang utama dan pertama dalam hidup hanya pada Tuhan yang telah menyatakan kasihNya lewat pengorbanan dikayu salib, dimana Dia telah menderita, mati dan dikuburkan untuk menebus dosa manusia maka pasti ada kesadaran bagi kita bahwa hidup bukan cuma soal makan minum dan kebiasaan lainnya tetapi yang penting adalah jalanilah hidup sesuai apa yang Tuhan kehendaki, jadilah berkat dan alat kesaksian bagi kemuliaan namaNya.
Kewajiban orang percaya adalah memberitakan kebenaran firman Tuhan dalam perkaataan dan perbuatan, sehingga hidup ini memberi arti dan menjadi berkat.
Saling menghina, saling menghakimi justru akan melebarkan jurang pemisah di antara kita. Tetapi dengan firman ini mengingatkan kita bahwa perbedaan adalah kekayaan untuk membangun kita.
Mari kita melihat tangan kita, ada jari jempol, jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Tidaklah mungkin jari jempol akan berkata akulah yang paling hebat karena aku yang paling besar, atau jari telunjuk akan berkata aku yang paling penting karena aku yang menunjuk mana yang salah dan mana yang benar, atau juga jari manis akan berkata aku yang paling luarbiasa karena aku yang paling manis, atau juga menyatakan bahwa jari tengah dan kelingking itu tidak berguna, lemah.
Editor : Fabyan Ilat