get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Sejarah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

Hari Sabat, Ini Sejarah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabtu, 30 Oktober 2021 | 07:20 WIB
header img
Jemaat Advent di Sulawesi Utara Tahun 1930-an. (Foto: Jootje Z Rumampuk/Istimewa)

Gereja Advent pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Seorang pendeta Metodis Amerika bernama R. W. Munson, yang telah bekerja di Birma dan di Singapura, masuk menjadi seorang Adventis setelah sembuh penyakitnya di sebuah rumah sakit Advent di Amerika. Atas permintaannya ia menjadi misionaris Advent di Asia Tenggara, lalu pada tahun 1900 ia menetap di Padang.

Dari Padang, ajaran Advent dibawa ke Tanah Batak oleh Immanuel Siregar, putera orang Batak yang pertama masuk Kristen pada tahun 1861. Karena di Padang Munson mengalami perlawanan sengit, ia pindah ke Sumatera Utara dan pada tahun 1904 membuka pekerjaan penginjilan di kota Medan.

Di pulau Jawa, Adventisme pertama kali disebarkan di Surabaya tahun 1906 oleh "Sister" Petra Tunheim, seorang misionaris dari Australia. Pada tahun 1912, Gereja-gereja Advent yang pertama di Indonesia dibentuk di Sumberwekas, Jawa Timur dan di Kramat Pulo, Jakarta Pusat.

Sister Tunheim menjadi penyelia pengabar penginjil di Jawa Barat. Pada masa itu, pemerintah Belanda masih melarang pengabar penginjil ganda, sehingga upaya membuka pusat misi di Sukabumi dan di Bandung gagal. Tahun 1910 diterbitkan sebuah majalah bernama Oetoesan Kebenaran Melajoe atas usaha Sim Gee Nio, seorang penginjil dari Singapura.

Majalah itu kemudian tahun 1917 berganti nama menjadi Pertandaan Zaman. Gereja Advent masuk ke Minahasa tahun 1921 dengan dibaptisnya Samuel Rantung dan seorang pemuda Sunda bemama M.E. Diredja, ke Maluku tahun 1922 dengan dibaptisnya P. Pietersz, seorang mantan tentara asal Saparua yang telah menjadi guru Injil Advent di Jawa, ke Tapanuli tahun 1921, ke Lampung tahun 1926, dan Kalimantan.

Pertumbuhan Gereja Advent di Indonesia maju pesat, sehingga pada tahun 1929 wilayah itu dilepaskan dari Malayan Union (Uni Malaka) dan menjadi "Union" tersendiri. Pada tahun itu juga dibuka Sekolah Pendidikan di Cimindi, Bandung, guna mendidik penginjil-penginjil. Pada masa itu jumlah pengikut Advent di Indonesia sudah hampir 3.000 orang. Mereka kebanyakan adalah orang yang sebelumnya sudah masuk Kristen, dari golongan Tionghoa, Indo-Eropa, dan dari suku-suku yang sudah dikristenkan, seperti Batak, Minahasa, dan Ambon.

Dalam tahun 1930- an, pemerintah Hindia Belanda tidak menghalangi lagi pekerjaan Adventis. Pada masa Perang Dunia II, para misionaris dari luar negeri, seperti dari Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat, mengalami kesulitan yang serupa dengan yang dialami gereja-gereja lain; di antara misionaris luar negeri itu ada yang meninggal dalam kamp tahanan.

Sesudah perang kemerdekaan, Gereja Advent meluas ke seluruh pelosok Indonesia, khususnya di daerah-daerah tempat agama Kristen sudah terkenal. Pertumbuhan gereja menyebabkan tahun 1964 Uni Indonesia dibagi menjadi Uni Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Mulai tahun 1970 kedua Uni ini dipimpin orang Indonesia. Menurut Statistik tahun 2011, Gereja Advent di Uni Indonesia barat memiliki 718 gereja dan 101.768 anggota jemaat;[4] sedangkan Uni Indonesia Timur memiliki 725 gereja dan 108.466 anggota jemaat.

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut