MANADO, iNews.id - Renungan minggu 19 Juni 2022 mengangkat konsep manusia baru dalam Alkitabiah.
Manusia baru diulas dalam Kita Efesus 4: 17-24. Di dalam kitab tersebut seseorang diajak untuk menanggalkan sifat buruk dan berubah sesuai keinginan Tuhan.
Efesus 4:17-24:
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Dikutip dari khotbah GMIM, Rasul Paulus hendak
mengajak umat Tuhan saat itu agar meninggalkan dan jangan kembali pada manusia lama mereka yang tidak mengenal Allah, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, kehidupan yang dikuasai oleh hawanafsu, dan seterusnya (ayat 17-19). Mereka harus melupakan dewa dewi yang biasa disembah. Sebabmereka telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yangnyata dalam Yesus (ayat 21). Jadi mereka telah mendapatkan didikan/pengajaran mengenai apa yangdikehendaki oleh Tuhan dan harus dilakukan. Rasul Paulus menegaskan kepada orang Kristen saat itubahwa mereka harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ayat 22-24).
Realita masa kini, tak sedikit murid-murid Yesus yang masih menampakkan manusia lama,
berupa jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (malas ba ibadah, malas baca Alkitab, malas
basombayang), masih memelihara kedegilan hati (nimau ja trima deng beking orang laeng pe nasehat),
perasaan yang tumpul, selalu ingin menikmati hawa nafsu, dan kecemaran. Ada istilah Bahasa Manado: dia kwa Kristen KTP, yang dengan kata lain orang tersebut tidak menampakkan gaya hidup Kristiani.
Padahal dia adalah murid Kristus, orang yang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tapi perilakunya jauh dari apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus.
Orang yang telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru artinya dia telah bertobat.
Pertobatan yang dikehendaki oleh Tuhan yaitu pertobatan permanen (pertobatan seumur hidup), bukan pertobatan temporer. Pertobatan yang sungguh-sungguh ketika dia tidak kembali lagi
pada perilaku lamanya. Memang tidak mudah untuk hidup dalam pertobatan, butuh perjuangan,komitmen, dan keteguhan hati. Sering terjadi sebagai ujian dari pertobatan, dia akan diejek oleh teman-teman atau orang dekat: rupa tu butul-butul jo ngana, so laeng katu dia eh, dia kwa so bertobat. Ataud dia akan digoda untuk kembali pada perilaku lamanya. Orang yang kembali lagi pada perilaku lamanya
itu bukanlah pertobatan melainkan hanya ujicoba, cuma da tes.
Pendidikan menjadi salah satu cara untuk membentuk manusia baru. Khususnya pendidikan
yang bermuatan Kristiani. Gereja dan keluarga harus berperan aktif serta bertanggungjawab untuk menciptakan manusia-manusia baru.
Editor : Fabyan Ilat