MANADO, iNews.id – Artis berdarah Manado di dunia entertainment Tanah Air, terus menjamur saat ini. Bahkan, ada beberapa yang membintangi sejumlah film dan sinetron yang lagi digandrungi di Indonesia. Namun, tahukah anda bahwa di dunia perfilman Indonesia era 80an, Artis berdarah Manado, sudah membintangi sejumlah film papan atas saat itu.
Berikut 5 Artis berdarah Manado yang tenar di Era 80an yang dirangkum dari berbagai sumber oleh iNewsManado.id:
Marjolien Lientje Tambajong
Memiliki nama komersil Rima Melati ini, Lahir di Tondano 22 Agustus 1939. Ibunya, Non Kawilarang adalah seorang perancang dan perintis dunia mode Indonesia. Rima awalnya seorang model, pemeran dan penyanyi Indonesia keturunan Belanda dan Minahasa, Sulawesi Utara. Ia telah dinominasikan untuk beberapa penghargaan, termasuk enam Piala Citra Festival Film Indonesia dan memenangkan satu diantaranya, sebagai aktris terbaik untuk perannya di film Intan Berduri. Dia dikenal sebagai Artis berdarah Manado yang potensial.
Nama Rima Melati sebenarnya merupakan pemberian Soekarno. Sekitar awal 1960-an Bung Karno suka mengganti nama orang yang dikenalnya, yang dirasa kebarat-baratan Rima memang pernah dikatakan kebarat-baratan oleh Bung Karno.
Rima pernah meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1973 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama. Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.
Rima juga sempat aktif berperan dalam sinetron seperti Wulan (RCTI), Kabut Sutera Ungu (Indosiar), Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta (Indosiar) dan Candy (RCTI). Selain itu Rima juga dikenal sebagai sutradara televisi yang salah satu karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.
Rima sempat menjadi personel grup penyanyi wanita terkemuka pada 1960-an, Baby Dolls, yang terdiri atas Rima, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak. Rima memulai akting sebagai pemeran utama dalam film Kasih Tak Sampai pada tahun 1961. Selama dua tahun berikutnya dia berakting dalam sepuluh film, termasuk Djantung Hati (1961), Violetta (1962), dan Kartika Aju (1963). Dia juga tampil beberapa kali di stasiun televisi TVRI. Setelah menyelesaikan perannya dalam film Kunanti Jawabmu (1963), Rima mengambil cuti dari dunia akting;[7] Ensiklopedia Jakarta menghubungkan hal ini dengan dia yang telah menikah lagi.
Yapi Panda Abdiel Tambayong
Pria yang memiliki nama komersil Remy Sylado ini lahir 12 Juli 1945. Dia seorang aktor, dosen, novelis, penulis, sastrawan dan mantan wartawan Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara.
Karirnya membentang lebih dari lima dekade, ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi untuk layar lebar. Salah satu film terkenal berdasarkan tulisannya adalah Ca-Bau-Kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).
Penampilan impresif, dia disebut Artis berdarah Manado brilian karena berperan sebagai aktor dalam drama romantis Tinggal Sesaat Lagi (1986), Akibat Kanker Payudara (1987) dan 2 dari 3 Laki-Laki (1989) membuatnya mendapatkan pujian kritis dan semuanya membuatnya mendapatkan tiga nominasi untuk Piala Citra Festival Film Indonesia sebagai Aktor Pendukung Terbaik.
Frans Tumbuan
Ini dia Artis berdarah Manado yang merupakan Suami Rima Melati. Frans lahir 3 Agustus 1939. Ia telah menerima banyak penghargaan, termasuk nominasi untuk dua Piala Citra Festival Film Indonesia. Beberapa film yang diperankan Frans, yakni;
1978 Bung Kecil
1979 Guruku Cantik Sekali
1980 Perempuan dalam Pasungan
1980 Seputih Hatinya Semerah Bibirnya
1981 Hati Selembut Salju
1981 Jangan Ambil Nyawaku
1982 Panasnya Selimut Malam
1982 Mawar Jingga
1983 Kadarwati Harada
1983 Kupu-Kupu Putih
1984 Dia Yang Tercinta
1984 Saat-Saat yang Indah
1985 Pondok Cinta
1985 Yang Kukuh Yang Runtuh
1986 Kodrat
1986 Telaga Air Mata
1988 Harga Sebuah Kejujuran
1988 Jakarta Jack
1988 Java Burn
1989 Sesaat dalam Pelukan
Lydia Ruth Elizabeth Kandou
Lydia Kandou lahir 21 Februari 1962. Dia seorang pemeran dan penyanyi Indonesia keturunan Belanda, Filipina. Dia dikenal Artis berdarah Manado karena memiliki darah Minahasa, Tondano.
Gaya aktingnya yang alami, hangat dan bersahaja, ia dipuji karena keserbagunaannya dan dianggap sebagai salah satu aktris terbaik di generasinya. Karya aktingnya yang mengesankan dan paling dipuji saat itu dalam film-film drama seperti drama komedi romantis Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986), drama keluarga Boneka dari Indiana (1990) dan drama komedi Ramadhan dan Ramona (1992).
Selama empat dekade karirnya, ia telah menerima banyak penghargaan, dinominasikan enam kali untuk Piala Citra Festival Film Indonesia, dengan lima di antaranya sebagai Aktris Terbaik. Ia memenangkan dua di antaranya, untuk perannya dalam drama keluarga Boneka dari Indiana (1990) dan drama komedi Ramadhan dan Ramona (1992). Keberhasilannya memenangkan Piala Citra secara back-to-back—pada tahun 1991 dan 1992—, menjadikannya aktris pertama dalam sejarah perfilman Indonesia yang menang berturut-turut dalam kategori tersebut.
Jeffry Daniel Waworuntu
Lahir 5 Mei 1965, suami Penyanyi Legendari Ruth Sahanaya ini adalah seorang aktor, model, pembawa acara, pengusaha dan politikus Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara.
Karier Jeffry ini dimulai sebagai seorang penari latar di grup GSP pimpinan Guruh Soekarnoputra. Namanya melambung lewat acara kuis Apa Ini Apa Itu yang pernah tayang di RCTI dan acara musik Rocket yang pernah ditayangkan RCTI tahun 1989-1992 serta SCTV tahun 1990-1992. Ia juga sempat bermain film salah satunya adalah Bukan Main bersama Meriam Bellina dan Onky Alexander serta Titisan Dewi Ular bersama Suzanna.
Ia dikenal sebagai Artis berdarah Manado juga pernah bermain sinetron Benang Emas bersama Ayu Azhari dan sinetron komedi Maunya Macam-Macam. Jeffry juga pernah terjun ke dunia tarik suara. Setelah membuat album keroyokan bersama tema-teman sesama model di album Model Indonesia, Jeffry kemudian merilis album solo yang berjudul namanya sendiri (self title). Album yang mengandalkan lagu "Hura Hura" dan "Ternyata Oh Ternyata" ini menjadi album pertama dan satu-satunya dari Jeffry.
Jefry membintangi sejumlah film, yakni;
Ratu Buaya Putih (1988)
Santet (1988)
Saat Kukatakan Cinta (1989)
Wanita Harimau (Santet II) (1989)
Titisan Dewi Ular (1990)
Bukan Main (1991)
Pesta (1991)
Zig Zag (1991)
Misteri Pusaka Laut Selatan (Pembalasan Ratu Pantai Selatan) (1994)
Editor : Fabyan Ilat