WASHINGTON, iNews.id - Nyamuk jadi persoalan setiap orang saat hendak tidur.
Suara nyamuk yang berdengung pasti sangat mengganggu. Apalagi sampai digigit nyamuk. Nyamuk sangat tertarik mengisap darah manusia untuk berkembang biar dan menjadi inang.
Karena itu, hanya nyamuk betina yang senang menggigit kulit manusia. Sebelumnya ilmuwan meneliti ada tiga hal yang membuat nyamuk tertarik mendekati manusia dan mengisap darahnya. Ketiga hal itu adalah napas, keringat, dan suhu kulit.
Namun, dalam penelitian terbaru terungkap warna juga membuat nyamuk tertarik, terutama warna merah. Kulit manusia di mata nyamuk memancarkan warna merah yang membuatnya tertarik untuk hinggap.
Dalam studi terbaru, para ilmuwan di University of Washington menunjukkan cara nyamuk mencari inang, pertama dengan mendeteksi bau gas CO2. Manusia tidak bisa mencium bau CO2, gas dihasilkan manusia dan makhluk hidup lain setiap kali bernapas, sedangkan nyamuk bisa. “Ketika nyamuk mencium senyawa tertentu, seperti CO2 dari napas kita, aroma itu merangsang matanya untuk memindai warna tertentu dan pola visual lainnya,” kata Jeffrey Riffell, profesor biologi Universitas Washington dikutip SINDOnews dari laman dailymail.com, Selasa (22/2/2022).
Setelah mendeteksi gas CO2, aktivitas nyamuk betina lebih meningkat. Kemudian nyamuk terbang menuju warna tertentu, khususnya merah, oranye, hitam, dan cyan. Namun, nyamuk mengabaikan objek yang berwarna hijau, biru, atau ungu.
Kulit manusia, terlepas dari pigmentasi, juga mengeluarkan sinyal panjang gelombang warna antara merah dan oranye. Itu sebabnya, nyamuk suka hingga ke manusia dan menghisap darahnya.
Nah, dari penelitian ini, Riffell menyarankan menggunakan pakaian dengan warna yang tidak disukai nyamuk. Menggunakan pakaian berwarna hjau, biru, dan ungu, juga berfungsi untuk menyamarkan kulit yang memancarkan gelombang warna merah.
“Warna kulit kita semua memberikan tanda merah yang kuat. Mengenakan pakaian dengan warna-warna yang tidak disukai nyamuk, itu bisa menjadi cara lain untuk mencegah gigitan nyamuk,” kata Riffell.
Editor : Fabyan Ilat