get app
inews
Aa Read Next : DAW Berikan Edukasi Keselamatan Berkendara di Fakultas Pertanian Unsrat

Ini Sejarah Bolaang Mongondow dan Kotamobagu

Selasa, 25 Juni 2024 | 08:56 WIB
header img
Tapal batas Bolaang Mongondow dan Kotamobagu. Foto/Istimewa

LOLAK, iNewsManado.com –  Ada dua versi tentang asal-usul kata "Bolaang". Versi pertama menyatakan bahwa "Bolaang" berasal dari kata "Golaang", yang berarti menjadi terang atau terbuka. Ini merujuk pada sinar matahari yang tidak lagi terhalang oleh pepohonan yang rimbun.

Versi kedua mengatakan bahwa "Bolaang" berasal dari kata "Bolango" atau "Balangon", yang berarti laut. Versi ini diperkuat oleh nama-nama seperti Bolaang Uki dan Bolaang Itang, yang keduanya terletak di tepi pantai.

Selain itu, "Mongondow" juga memiliki dua versi asal-usul. Versi pertama menganggap "Mongondow" berasal dari kata "Momondow", yang berarti suara atau teriakan keras. Versi kedua mengartikannya sebagai pekikan atau seruan tanda kemenangan.

Sementara, Kotamobagu berasal dari gabungan kata "kota" dan "mobagu" dalam bahasa Mongondow, yang berarti kota baru. Kota ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempermudah pelayanan serta pembangunan.

Dilansir berbagai sumber pada Selasa (26/5/2024), Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara dan pada abad ke-17 hingga akhir abad ke-19 menjadi pusat pemerintahan kerajaan. Sedangkan desa Mongondow terletak sekitar 2 km di selatan Kotamobagu.

Penduduk asli wilayah ini adalah keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat, yang awalnya tinggal di gunung Komasaan (Bintauna). Pada abad ke-8 dan ke-9, mereka mulai menyebar ke berbagai wilayah sekitarnya.

Setiap kelompok keluarga dipimpin oleh seorang Bogani, yang dipilih berdasarkan kemampuan fisik, keberanian, kebijaksanaan, dan tanggung jawab. Mokodoludut, punu’ Molantud, diangkat sebagai raja pertama berdasarkan kesepakatan para Bogani. Sejak masa pemerintahan raja pertama hingga ketujuh, masyarakat semakin maju dengan pengaruh luar. Pada masa Tadohe, istilah "Tompunu’on" diganti menjadi "Datu" (raja), dan sistem pertanian mulai berkembang dengan diperkenalkannya tanaman padi, jagung, dan kelapa oleh bangsa Spanyol.

Pada masa pemerintahan Raja Cornelius Manoppo pada tahun 1832, agama Islam mulai masuk ke Bolaang Mongondow melalui Gorontalo. Pengaruh Belanda mulai terlihat pada tahun 1901 di bawah pimpinan Controleur Anton Cornelius Veenhuizen, yang berusaha memasuki Bolaang Mongondow secara paksa. Raja Riedel Manuel Manoppo menolak campur tangan Belanda, sehingga Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja.

Pada tahun 1904, jumlah penduduk Bolaang Mongondow tercatat sebanyak 41.417 jiwa. Pada tahun 1906, Sekolah Rakyat dibuka di beberapa desa dengan bantuan zending, dan pada tahun 1937, sebuah sekolah Gubernemen dibuka di Kotamobagu.

Masyarakat Bolaang Mongondow mengenal tiga cara gotong royong yang masih dipraktikkan hingga sekarang: Pogogutat, Tonggolipu', dan Posad. Mereka juga memiliki tradisi menyuguhi tamu dengan sirih pinang dan tarian penyambutan Kabela. Tarian tradisional lainnya termasuk Tari Tayo, Tari Joke', dan Tari Mosau.

Agama Islam yang masuk ke Bolaang Mongondow pada masa Raja Cornelius Manoppo mempengaruhi kebudayaan dan kehidupan masyarakat setempat. Upacara monibi terakhir diadakan pada tahun 1939 di desa Kotobangon dan desa Matali. Transmigran pertama kali datang pada tahun 1963 dan ditempatkan di Desa Werdhi Agung.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Bolaang Mongondow menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi. Pada tanggal 23 Maret 1954, Bolaang Mongondow resmi menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri, dan sejak itu, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Bolaang Mongondow.

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut