SISTEM Catenaccio adalah istilah taktik sepakbola yang dominan bertahan dari serangan lawan.
Beberapa pelatih top dunia sering menggunakan taktik ini apabila menghadapi lawan yang bermain ofensif.
Tak terkecuali Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong. Pada laga lawan Vietnam, Shin Tae-yong menerapkan taktik ini sehingga membuat pemain Vietnam frustasi dan gagal meraih kemenangan.
Padahal baik penguasaan bola dan tembakan ke gawang, Vietnam unggul jauh.
Berbicara soal taktik Catenaccio, banyak orang mungkin belum tahu asal muasal penggunaan taktik ini.
Dikutip wikipedia, Catenaccio adalah sistem taktis dalam permainan sepak bola yang menitikberatkan kekuatan pada pertahanan.
Dalam bahasa Italia, catenaccio berarti "Kunci" sehingga dapat diartikan bahwa catenaccio adalah strategi permainan dengan pertahanan yang terorganisir dan efektif agar lawan kesulitan menyerang atau mencetak gol.
Strategi ini dikenal luas ketika pada tahun 1960-an Helenio Herrera menerapkannya pada Internazionale.
Ciri khusus dalam sistem ini adalah penempatan seorang libero yang berdiri bebas tepat di belakang tiga pemain belakang dan di depan penjaga gawang.
Tugas utama seorang sweeper adalah menghentikan pergerakan penyerang lawan dan membuang bola yang berada di wilayah pertahanannya.[1]
Jika ditelusur lebih dalam, dasar dari catenaccio adalah sistem verrou yang digunakan oleh pelatih asal Austria bernama Karl Rappan untuk Tim Nasional sepak bola Swiss pada tahun 1930-an hingga 1940-an.
Publik sepak bola Italia pertama kali melihat sistem permainan bertahan pada akhir 1940-an ketika Giuseppe Viani menempatkan seorang libero saat mengarsiteki Salernitana.
Nereo Rocco kemudian menerapkan sistem ini ketika membawa Triestina menempati posisi dua klasemen.
Rocco melanjutkan penerapan sistem ini di Padova dan meraih sukses besar ketika mengantarkan AC Milanmemenangkan Kejuaraan Eropa dan Serie A pada tahun 1950-an.
Perbedaan utama sistem catenaccio dengan sistem "Parkir Bus" adalah penggunaan libero yang tidak hanya berperan dalam menjaga pertahanan namun juga berperan sebagai titik awal penyerangan.
Editor : Norman Octavianus