get app
inews
Aa Text
Read Next : Perang Bintang di Pilgub Sulut 2024

5 Hari Tidur di Tumpukan Mayat, Ini Kisah Prajurit Kopassus Hindari Maut dari Belanda di Papua

Kamis, 15 September 2022 | 14:14 WIB
header img
5 hari tidur di tumpukan mayat saat prajurit kopassus bertempur di Papua. Foto/Pen Kopassus/Istimewa

JAKARTA, iNewsManado.com – Perjuangan merebut tanah Papua dari kelompok pemberontak Belanda meninggalkan kisah heroik dari prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus). 

Dahulu Kopassus disebut Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ditugaskan ke Papua untuk mengambilalih kekuasaan dari kelompok pemberontak Belanda

Dalam perjuangan merebut Papua, tembak-menembak terjadi antara dua pihak. Korban jiwa berjatuhan pun tidak sedikit. 

Dikutip dalam buku “Sintong Panjaitan: Perjalanan Prajurit Para Komando” disitu dijabarkan bagaimana pertempuran melawan kelompok pemberontak Lodewijk Mandatjan yang mengacau di Papua. 

Aktivitas Kelompok bersenjata Belanda itu membuat sekira 14.000 jiwa lari ke hutan karena takut dibunuh. 

Sintong Panjaitan menceritakan bagaimana sebutir peluru nyaris mengambil nyawanya saat melintas di atas kepala. 

Tim Kopassus atau RPKAD waktu itu melakukan operasi senjata di kota Kecamatan Warmare dan balik ke Manokwari.

Dilansir iNewsPapua, Aksi heroik juga dilakukan Prajurit Dua (Prada) Pardjo pada awal-awal perebutan Irian Barat pada 1961-1962. 

Peristiwa tersebut berawal ketika pasukan gabungan Kopassus bersama Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang kini bernama Korps Pasukan Khas (Paskhas) pasukan dipimpin Letnan Dua (Letda) Inf Agus Hernoto, diterjunkan ke dalam hutan rimba Papua.

Dalam upaya penyusupan, Pardjo bersama rekan-rekannya disergap pasukan Korps Marinir Kerajaan Belanda (Korps Mariniers) di daerah Fakfak. Karena kekuatan yang tak seimbang membuat pasukan gabungan terdesak. Berdasarkan instruksi yang diberikan pimpinan, jika kalah jumlah maka seluruh prajurit harus mundur ke dalam hutan.

Ketika keadaan tenang, pasukan gabungan ini pun keluar dari hutan untuk kembali melakukan penyusupan. Namun, pasukan gabungan ini dikejutkan dengan kondisi sebuah kampung yang telah rata dengan tanah akibat dibakar tentara Belanda. Melihat kondisi pasukan gabungan yang mulai menurun. Letda Inf Agus Hernoto memutuskan untuk beristirahat di sebuah kebun pala.

Belum sempat melepas lelah, tiba-tiba muncul serangan mendadak dari pasukan Marinir Belanda. Kontak tembak pun tak terelakan. Dalam pertempuran itu, Agus Hernoto mengalami luka tembak di kedua kakinya. Di kemudian hari, kedua kaki Agus Hernoto harus diamputasi karena membusuk.

Sementara itu, pertempuran sengit tersebut membuat tiga anggota PGT dan dua anggota RPKAD gugur dalam pertempuran. Begitu juga Pardjo, dia pun roboh usai terkena terjangan peluru tentara Belanda. 

Gencarnya serangan dari pasukan Belanda membuat Pardjo harus menyelamatkan diri. Pardjo kemudian merangkak, bergerak perlahan untuk bersembunyi di balik jasad rekan-rekannya yang telah gugur.

Pardjo menyamar seolah-olah telah tewas demi menyelamatkan diri. Apalagi, usai pertempuran tentara Belanda melakukan patroli.

Keadaan itu membuat Pardjo tidak bisa bergerak. Bahkan, Pardjo harus tidur selama lima hari di antara jasad teman-temannya yang telah gugur dalam pertempuran. Upaya penyelamatan itu pun membuahkan hasil. Pardjo akhirnya diselamatkan oleh warga setempat yang membawanya ke permukiman untuk dirawat.

Artikel ini telah tayang di iNewsYogya dengan judul: Cerita Prajurit Kopassus di Papua yang Terpaksa Tidur di Tumpukan Mayat Teman

 

Editor : Fabyan Ilat

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut